Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Pamiluto Ceplokan Khas Gresik Sudah Hasilkan 7.000 Karya

Kompas.com - 26/02/2017, 07:33 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Meski baru mendapatkan hak paten yang diterbitkan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI Nomor D002017004963, tertanggal 31 Januari 2017.

Namun sejak awal bulan itu, batik Pamiluto Ceplokan yang menjadi ikon baru masyarakat Gresik, Jawa Timur, telah diproduksi.

Hasilnya, sejak diproduksi massal mulai awal Januari 2017 sampai saat ini, batik Pamiluto Ceplokan yang berada di bawah naungan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Gresik dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Gresik, telah menghasilkan sekitar 7 ribu lembar kain (karya).

“Sesuai dengan tingkat pengerjaan, ada dua jenis kain baik yang kami produksi. Yakni, batik tulis dan batik cap. Dengan yang paling mahal yaitu batik tulis eksklusif seharga Rp 550.000, hingga yang murah batik cap seharga Rp 175.000,” ucap sekretaris Dekranasda Gresik Ismiyati, Sabtu (25/2/2017).

Ia menjelaskan, mahal dan murahnya hasil karya ditentukan oleh tingkat kesulitan dalam pengerjaan. Dan memang batik tulis yang biasanya dikisaran harga tinggi, lantaran tingkat kesulitan dan lamanya waktu pengerjaan.

“Harga disesuaikan dengan kualitas dan proses pengerjaannya. Untuk batik yang paling mahal, itu dikerjakan dalam waktu 15 hari mulai dari awal berbentuk kain putih sampai jadi. Sedangkan batik cap yang murah, itu biasanya dikerjakan tidak sampai satu minggu sudah jadi dan siap jahit,” terang dia.

Ismiyati yang juga turut terlibat dalam awal design hingga mendapatkan hak paten dari Kemenkumham menuturkan, penamaan batik Pamiluto Ceplokan sendiri sebenarnya berasal dari kata ‘pulut’ atau yang dalam bahasa Indonesia berarti perekat.

Dok. Dekranasda Gresik Jajaran Dekranasda serta Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Gresik saat menerima hak paten batik Pamiluto Ceplokan dari Kemenkumham.

Hal itu dikarenakan, batik Pamiluto Ceplokan merupakan gabungan berbagai aspek. Mulai dari sektor perdagangan, industri, sejarah, ekonomi, dan budaya, yang dikombinasikan dalam satu lembar kreasi kain batik.

“Sehingga pada batik ini, ada gambar ikan, pabrik, gapura makam Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim, bandeng, kepiting, kapal rakyat, pudak, dan rusa bawean. Beberapa gambar tersebut digabung dengan berbagai motif ornamen sisik, kawung, truntum, semen, grompol danatirta, selingcecek pitu, dan parang barja,” beber Ismiyati.

Namun Ismiyati menegaskan, bila semua yang diceritakan dalam kreasi batik Pamiluto Ceplokan yang berhasil diciptakan, merupakan khas Gresik atau yang biasa dijumpai warga Gresik dalam kehidupan sehari-hari.

“Jadi batik Pamiluto Ceplokan yang asli itu adalah, batik yang mampu bercerita tentang Gresik. Perlu juga diketahui, bahwa batik ini bukan sekedar batik yang gambarnya ngawur dan asal. Karena saat ini ada batik yang warnanya serupa, yang berusaha mirip dengan batik Pamiluto Ceplokan dan dijual lebih murah, sehingga masyarakat jangan mudah terkecoh,” tutup Ismiyati.

(Baca: Inilah Ikon Baru Masyarakat Gresik, Batik Pamiluto Ceplokan)

Dalam mengembangkan batik Pamiluto Ceplokan, saat ini sudah ada sebanyak 270 orang pembatik handal yang ada di beberapa desa di wilayah Gresik, yang dikoordinir langsung oleh Dekranasda Gresik.

Mulai dari Desa Sawo di Kecamatan Dukun, Desa Cermelor dan Cermekidul di Kecamatan Cerme, Desa Betoyoguci di Kecamatan Manyar, Desa Bungah di Kecamatan Bungah, serta Desa Wringinanom yang ada di Kecamatan Wringinanom.

Kompas TV "Batik Pria Tampan", Kenalkan Diri Lewat Tim Basket

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com