JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur Kementerian Perindustrian Sudarto, mengatakan menurunnya produksi garam konsumsi beryodium saat ini diakibatkan oleh faktor curah hujan yang tinggi.
Menurut Sudarto, sentra garam di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah saat ini hanya memiliki cadangan garam untuk tiga bulan ke depan. Hal itu menyebabkan sentra garam tidak lagi mengirimkan garam ke industri di berbagai daerah.
Sebab, garam yang dihasilkan petani lokal akan diolah untuk ditingkatkan kualitasnya, kemudian dikemas untuk dipasarkan ke masyarakat.
"Kita harus mengamankan (pasokan) garam beryodium. Kemarin dengar rekomendasi (impor) sudah keluar. Paling cepat akan masuk satu bulan. Kita amankan (kebutuhan) untuk akhir April, Mei, dan Juni," ujarnya di Kemenperin, Jakarta.
Menurutnya, ketersediaan stok garam konsumsi lebih penting jika dibandingkan cabai maupun bawang. "Perlu antisipasi dengan segera impor bahan baku yang vital untuk konsumsi, untuk kesehatan juga," ujarnya.
Berdasarkan data Kemenperin, kebutuhan garam nasional saat ini mencapai 4,3 juta ton per tahun, terdiri dari garam untuk konsumsi dan industri.
Pada 2016, Indonesia mengimpor tiga juta ton garam. Angka tersebut lebih tinggi daripada volume impor pada tahun sebelumnya yang sebesar 2,1 juta ton.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.