BOGOR, KOMPAS.com - PT Taspen (Persero) membukukan aset Rp 198,62 triliun per 31 Desember 2016. Jumlah tersebut tumbuh 15,30 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 172,26 triliun.
"Aset Taspen hari ini sampai Rp 198 triliun. Hanya Rp 2 miliar lagi sudah tembus Rp 200 triliun," ujar Direktur Utama PT Taspen Iqbal Latanro dalam acara Public Expose PT Taspen di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/3/2017).
Iqbal menjelaskan, pertumbuhan aset ditopang oleh pertumbuhan aset investasi sebesar 17,58 persen khususnya pada portofolio obligasi dan saham.
Keduanya mengalami peningkatan dari posisi tahun 2015 yakni masing-masing sebesar Rp 76,67 triliun dan Rp 5,03 triliun, menjadi masing-masing Rp104,18 triliun dan Rp 9,54 triliun pada akhir tahun 2016.
Dengan adanya peningkatan dana investasi, jumlah hasil investasi sepanjang 2016 naik 23,04 persen dari Rp 12,36 triliun pada 2015 menjadi Rp 15,21 triliun di 2016.
"Kami sejak tahun lalu mencoba mengubah strategi investasi dengan mengurangi portofolio deposito mengingat bunganya yang sangat rendah. Kami gencarkan di obligasi," ungkapnya.
Sedangkan sisi pendapatan, Taspen membukukan laba bersih Rp 247,25 miliar. Jumlah tersebut turun 57,22 persen dibandingkan 2015 yang mencapai Rp 577,90 miliar.
"Kami harus jujur bahwa Laba Taspen memang mengalami penurunan," papar Iqbal.
Iqbal menyoroti turunnya laba bersih tersebut lantaran meningkatnya pembayaran klaim asuransi seperti Tunjangan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan yang paling meningkat tajam adalah pembayaran Jaminan Kematian (JKM) bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Banyak Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dan kami bayarkan asuransinya (klaim). Kenaikan pembayaran klaim tersebut yang menekan capaian hasil usaha. Karena, biasanya dalam setahun klaim yang dibayarkan hanya sekitar Rp 4,5 triliun, ini dua kali lipat menjadi Rp 8,1 triliun," ujar Iqbal.
Tak hanya itu, kata Iqbal, penetapan pajak pada pengelolaan dana asuransi di tahun 2016 juga menjadi faktor turunnya laba Taspen.
"Ada yang baru di tahun 2016. Tadinya pendapatan kami mengelola dana iuran tidak dikenakan pajak, tahun 2016 dan menjadi beban karena mengurangi pendapatan kami," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.