Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkul Taksi "Online", Saham TAXI atau BIRD yang Lebih Menarik?

Kompas.com - 07/03/2017, 06:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan industri taksi berubah drastis dengan hadirnya transportasi berbasis online yang menawarkan tarif lebih kompetitif seperti Go-Car, Grabcar, dan Uber.

Tak ingin kue pasarnya makin tergerus, dua perusahaan taksi konvensional yakni PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) menjalin kerja sama dengan penyedia aplikasi dalam jaringan (daring).

Skema Kerja Sama

Nah, dari kerja sama yang dilakukan dua perusahaan taksi konvensional tersebut, mana yang lebih menguntungkan?

Berdasarkan uji coba yang dilakukan Bahana Securities atas promo yang ditawarkan oleh kolaborasi antara taksi online dan konvensional, tampaknya kerja sama antara Go-Car dan BIRD lebih rasional dibandingkan kolaborasi antara Uber dan TAXI.

Analis Bahana Securities Gregorius Gary mengatakan, dalam kondisi normal Uber memberlakukan tarif Rp 4.032 per kilometer (km).

Uber memberikan diskon 70 persen. Sementara itu, Grab memberlakukan tarif Rp 3.441 per km, dengan harga promo mendapat potongan 30 persen.

Kemudian, berdasarkan hitungan Bahana Securities, dalam kerja sama Go-Car dan BIRD, pihak Gojek memberikan subsidi 20 persen-50 persen dari tarif normal Rp 4.459 per km.

"Jadi sebenarnya, subsidi yang diberikan Gojek itu lebih rendah subsidi yang diberikan Uber dan Grab dalam bentuk promo," kata Gregorius melalui keterangan tertulis, Senin (6/3/2017).

Dengan skema kolaborasi ini BIRD tentunya diuntungkan karena jumlah penumpang diperkirakan akan naik. Ditambah lagi, BIRD masih bisa mendapat tarif normal. Di sisi lain, pihak Gojek juga diuntungkan karena armadanya bertambah.

Proyeksi BIRD

Melalui skema kerja sama ini, Bahana Securities memperkirakan pendapatan BIRD bakal naik ke kisaran Rp 5,3 triliun pada akhir 2017, dari Rp 4,85 triliun yang diperkirakan pada akhir 2016 (financial report Blue Bird belum dipublikasikan).

Pada akhir 2015, operator taksi ini mengantongi pendapatan sebesar Rp 5,47 triliun. Laba bersih diperkirakan naik ke level Rp 565 miliar pada akhir 2017, dari estimasi Rp 494 miliar pada akhir tahun lalu. Pada 2015, BIRD sempat mengantongi laba bersih sebesar Rp 824 miliar.

"Dengan perkiraan ini, Bahana Securities merevisi rekomendasi saham BIRD dari Hold menjadi Buy dengan target harga Rp 4.750, dari kisaran harga saat ini sekitar Rp 4.000-an," kata Gregorius.

Proyeksi TAXI

Sementara itu, TAXI belum bisa bernapas lega meski mereka sudah bekerja sama dengan Uber.

Hal itu dikarenakan tarif yang dibayarkan oleh penumpang yang memesan lewat aplikasi Uber sesuai dengan harga yang berlaku di Uber. Tidak ada subsidi yang dibayarkan oleh pihak Uber kepada manajemen TAXI.

"Jadi, pihak yang diuntungkan adalah Uber, sedangkan TAXI belum bisa menikmati hasil," imbuh Gregorius.

Belum lagi sejumlah masalah internal yang masih menggerogoti operator taksi kedua terbesar di Indonesia ini.

Akibat persaingan tarif taksi sejak kehadiran taksi online, TAXI menurunkan besaran setoran harian yang harus dibayarkan supir menjadi Rp 150.000 dari yang sebelumnya Rp 240.000 karena sepinya penumpang.

Dengan berbagai permasalahan yang masih ada, pihak manajemen TAXI akan mengambil empat langkah pada tahun ini.

Pertama, memutuskan untuk menutup beberapa pool TAXI yang kinerjanya tidak bagus. Kedua, mengurangi jumlah karyawan.

Ketiga, menjual aset-aset perusahaan yang layak untuk dijual. Dan, keempat yakni melakukan restrukturisasi pinjaman.

"Dengan estimasi kinerja TAXI yang masih suram, Bahana memperkirakan pendapatan pada akhir tahun ini hanya naik sedikit ke Rp 688 miliar, dari pendapatan tahun lalu yang diperkirakan mencapai Rp 644 miliar," ucap Gregorius.

Pada akhir 2015, operator taksi ini masih bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 970 miliar.

Melalui berbagai upaya pembenahan yang coba dijalankan manajemen pada tahun ini, laba bersih diperkirakan bisa membaik ke level Rp 8,8 miliar, dari perkiraan rugi tahun lalu yang kemungkinan mencapai Rp 120 miliar. Pada 2015, TAXI mengantongi laba bersih sebesar Rp 32 miliar.

"Melihat proyeksi kinerja TAXI yang belum menemukan titik cerah, Bahana merekomendasikan Reduce saham TAXI dengan target harga Rp 135, dari rata-rata harga saham saat ini sebesar Rp 156," ujar Gregorius.

Kompas TV Blue Bird Gandeng Go-Jek Layani Konsumen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com