Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Suku Bunga AS Beri Peluang pada Investor Surat Utang

Kompas.com - 13/03/2017, 18:30 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat atau Fed Fund Rate (FRR) tetap memberikan peluang kepada para investor domestik, khususnya pada pasar surat utang.

Direktur Investor Relation & Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, daya tarik obligasi negara memang akan menurun apabila yield obligasi AS naik. Investor akan lebih memilih berinvestasi pada pasar negara maju.

Namun, dengan mengasumsikan pada akhir tahun yield obligasi AS 2,55 persen, kurs rupiah 13.500 per dollar AS, CDS Indonesia 150, yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun 7,9 persen, dan rata-rata inflasi 5,64 persen, yield obligasi pemerintah masih menguntungkan.

"Kalau dengan berbagai alasan, investor asing melepaskan obligasi domestik sehingga yield SUN melambung 8,5 persen, saya menyarankan investor domestik membelinya," kata Budi dalam keterangan tertulis Minggu (12/3/2017).

Pekan lalu, yield Treasury-bond 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 2,583 persen, setelah sempat menyentuh 2,589 persen yang merupakan posisi tertinggi sejak 20 Desember. Kenaikan yield membuat harga obligasi menurun. 

Pergerakan yield obligasi AS juga mempengaruhi yield obligasi domestik.  Selisih antara yield obligasi AS dengan yield obligasi Indonesia sekitar 500 basis poin. Saat ini, rata-rata yield untuk surat utang negara bertenor 10 tahun berada pada kisaran 7,64 persen.

Ekspektasi Fed Naik

Federal Reserve (the Fed) diperkirakan pasti akan menaikkan FFR pada pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC) pekan ini. Menurut data Bloomberg, probabilitas kenaikan itu sudah 100 persen. 

Saat ini FFR berada pada posisi 0,75 persen. Budi memaparkan ada sejumlah indikator positif yang mendorong ekspektasi kenaikan FFR. Singkatnya, kondisi perekonomian Amerika Serikat sudah membaik, tingkat  pengangguran terus menurun, dan upah terus meningkat.

Data terbaru,  pada akhir pekan lalu,  Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat mengumumkan data Non-Farm Payrolls naik menjadi 235.000 pada Februari. Angka ini di atas perkiraan para analis yang sebesar 200.000, tetapi masih di bawah angka Januari yang sebesar 238.000.

Tingkat pengangguran berada di level 4,8 persen dan mendekati apa yang disebut sebagai full employment. Data-data  tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja yang sehat. Di sisi lain, harga rumah juga sudah mencapai level sebelum krisis 2008. 

Purchasing Manager Index (PMI) pada Februari turun menjadi 53,8 dari 55,6. Tetapi angka di atas 50 sudah menunjukkan tetap ada ekspansi.

“Ekspektasi Fed menaikkan bunga memicu kenaikan yield obligasi,” ucap Budi. Dia lebih jauh mengatakan, optimisme perekonomian AS terus membaik juga terkait dengan target inflasi yang ditetapkan Fed.

Per Januari inflasi sudah mencapai 1,9 persen, hampir mencapai target 2 persen. Inflasi di AS diukur dari pengeluaran konsumsi personal. Optimisme tersebut ditambah dengan rencana Trump untuk memangkas pajak, menaikkan belanja infrastruktur 1 triliun dollar AS dalam lima tahun ke depan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com