Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Pemerintah Gagal Dongkrak Nasib 40 Persen Masyarakat Terbawah

Kompas.com - 14/03/2017, 18:35 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menilai, upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat kelas bawah telah gagal.

Kenaikan kesejahteraan hanya dirasakan oleh masyarakat kelas menengah lantaran perkembangan sejumlah sektor misalnya sektor jasa keuangan. Namun nasib 40 persen masyakarat terbawah justru stagnan.

"Pemerintah ini gagal untuk mendongak nasib 40 persen (masyarakat) yang terbawah yang mayoritas itu petani," ujar Faisal Basri dalam acara diskusi bertajuk Pembenahan Pertanian, Solusi Masalah Kesenjangan? di Jakarta, Selasa (14/3/2017).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani (NTP) terus mengalami tren penurunan. Termasuk data NTP dua bulan pertama 2017.

Pada Januari 2017, NTP nasional tercatat 100,91 atau turun 0,56 persen dibandingkan data pada Desember 2016. Adapun NTP Februari 2017, tercatat hanya 100,33, atau turun 0,56 persen dari posisi Januari 2017.

Penurunan NTP itu disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani. Sementara indeks harga yang harus dibayar petani justru naik. Selain NTP, Faisal Basri juga mengungkapkan bahwa upah riil buruh tani juga mengalami tren penurunan.

Hal itu menurut Faisal Basri, menjadi bukti begitu sengsaranya nasib petani yang merupakan mayoritas dari 40 persen masyakarat terbawah. Ia lantas mengkritik kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) lantaran tidak bisa mendorong nasib para petani.

Faisal Basri mempertanyakan efektivitas alokasi anggaran puluhan triliun yang diberikan kepada Kementan.

"Ngomongnya selangit, kita enggak tahu Rp 70 triliun itu jangan-jangan bikin kaya orang-orang tertentu aja," kata dia.

Kegagalan pemerintah mendorong nasib 40 persen masyakarat terbawah membuat ketimpangan ekonomi tetap tinggi. Meski dalam dua tahun ada perbaikan, Faisal Basri menilai hal itu suatu keberuntungan.

"Ini gap, 20 persen masyarakat terkaya (memang) turun. Kenapa turun? Itu karena barang-barang komoditi turun. Batu bara turun, sawit juga turun," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com