Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reksa Dana Saham Masih Berpeluang Menguat

Kompas.com - 16/03/2017, 20:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Imbal hasil reksa dana saham minus sepanjang Februari 2017. Meski demikian, kinerja reksa dana saham diperkirakan masih akan terus menguat hingga akhir tahun ini.

Sebaliknya, kinerja reksa dana campuran berpotensi melemah. Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan, hingga akhir Februari 2017, rata-rata imbal hasil reksa dana saham tercatat sebesar 11,43 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

Sementara itu, reksa dana pendapatan tetap memberikan imbal hasil sebesar 9,34 persen YoY dan reksa dana campuran 11,44 persen YoY.

Meski begitu, dia optimistis reksa dana saham akan membukukan kinerja paling tinggi di antara jenis reksa dana lainnya pada tahun ini.

Bahana TCW Investment Management memperkirakan pada tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bertumbuh sekitar 17,6 persen.

Pendapatan emiten diperkirakan lebih baik dari tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diharapkan lebih tinggi pada tahun ini. Sepanjang tahun 2016, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai 5,02 persen.

Tetapi, Soni juga mengingatkan ada beberapa faktor risiko yang secara umum dapat memengaruhi kinerja di pasar finansial.

“Faktor dari luar negeri, seperti masih ada ketidakpastian mengenai arah kebijakan Presiden Donald Trump, juga rencana kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat dan berbagai pemilihan umum di Eropa,” kata Soni melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (16/3/2017).

Menurut dia, walaupun Presiden Trump sudah berbicara pada beberapa saat lalu dan sempat membuat Indeks Dow Jones menguat mencapai rekor baru, masih banyak hal yang belum terungkap jelas mengenai arah kebijakan Trump.

Soni melihat, kebijakan populis akan membuat investor lebih tertarik berinvestasi di pasar saham di negara maju.

Semalam, Federal Open Market Committee (FOMC) mengadakan pertemuan dan seperti yang sudah diperkiraan oleh para pelaku pasar, bank sentral AS Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 0,75-1 persen.

Kenaikan tingkat suku bunga Federal Reserve berpotensi memperkuat posisi dollar AS terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah. Sementara itu di Eropa, beberapa negara melaksanakan kampanye dan pemilu pada tahun ini, hingga Maret tahun depan.

“Mungkin dampaknya tidak langsung, tetapi ada sentimen sesaat seperti ketika Brexit kemarin,” lanjut Soni.

Di beberapa negara, partai-partai dengan kebijakan populis tampaknya akan memberikan warna pada pemilu Eropa. Sementara suhu politik di dalam negeri terkait pemilihan kepala daerah, menurut Soni tidak terlalu memengaruhi pasar keuangan.

Dari berbagai faktor itu, Soni memperkirakan reksa dana pendapatan tetap pada tahun ini masih dapat membukukan kenaikan antara 8 dan 10 persen. Pasar obligasi memiliki katalis positif karena diperkirakan permintaan obligasi masih terus menanjak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com