JAKARTA, KOMPAS.com - Teknologi finansial, atau tekfin, didefinisikan sebagai pemain baru yang memanfaatkan teknologi berbasis internet dan mobile dalam menawarkan produk perbankan (sektor layanan keuangan) yang unggul.
Tahun 2017 diprediksi menjadi tahun penuh terobosan bagi tekfin di Asia yang dipimpin oleh pasar MINTS (Malaysia, Indonesia, Thailand dan Singapura) yang tampak agresif mendorong perubahaan terhadap akses keuangan.
Para pelaku tekfin menawarkan berbagai pendekatan baru untuk menjaga relevansi terhadap kebutuhan konsumen, memberikan kesempatan lebih besar untuk mendorong inklusi keuangan melalui fitur-fitur yang mobile, fleksibel dan berorientasi pada konsumen.
Banyak hal yang dipertaruhkan dunia usaha di wilayah Asia Tenggara saat ini. Tekfin tidak hanya mewakili sebuah komponen inovasi yang sangat dibutuhkan oleh sektor layanan keuangan.
Namun menjadi kesempatan terbaik dalam menjawab kesenjangan pembiayaan bagi lebih dari 200 juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah Asia Tenggara yang nilainya hampir 300 miliar dollar AS per tahun.
Indonesia, dengan 50 juta pelaku UMKM dan kesenjangan pembiayaan hampir mencapai 45 persen, memiliki kesempatan untuk meraih manfaat terbesar dari perkembangan tekfin.
Meski tekfin sudah menjadi industri yang besar di China dan wilayah Asia lainnya, negara Asia yang baru berkembang secara perlahan mulai membangun fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan di masa depan.
Studi Cambridge Centre for Alternative Finance melaporkan China bahkan sudah menjadi alternatif pasar keuangan online terbesar dalam hal volume transaksi yang mencapai $102 milliar pada 2015.
Untuk Asia Tenggara, volume transaksi tahun 2015 diperkirakan mencapai 47 juta dollar AS dengan jumlah pelaku lebih dari 30 yang tersurvey.
Lebih dari 90 persen dari volume transaksi dan pelaku tersebut terafiliasi dengan pasar MINTS. Laporan tahun 2015 juga menunjukkan sejumlah regulasi yang diberlakukan di berbagai wilayah untuk memfasilitasi pertumbuhan industri dan diharapkan dapat mendorong perkembangan pasar.
Tekfin dipandang dapat memberikan dampak langsung dan signifikan bagi UMKM. Adopsi terhadap teknologi terkini memungkinkan para pelaku tekfin untuk bekerja lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan penyedia jasa layanan keuangan lainnya.
Crowdo, contohnya, dapat memproses aplikasi pinjaman modal usaha dalam beberapa jam saja tanpa mengesampingkan kualitas kredit, dengan menggunakan model asesmen resiko secara khas.
Ini merupakan terobosan bagi banyak UMKM – terutama dalam lingkungan dengan kompetisi tinggi – yang terbatas secara akses dan waktu terkait proses aplikasi peminjaman bank yang berbulan-bulan.
Terdapat beberapa hal yang menggembirakan tentang cara pasar MINTS membangun industri tekfin.
Sebagai pasar yang inovatif, Malaysia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang membentuk regulasi bagi tekfin di tahun 2015, diantaranya kebijakan terkait equity crowdfunding (investasi sekuritas online), atau ECF, dan memberikan registrasi kepada enam operator, termasuk Crowdo.
Meski secara ukuran masih kecil, potensi pasar terlihat positif sejalan dengan berbagai rekor penggalangan dana. Sebagai contoh, penggalangan dana Crowdo senilai RM 2.65 juta (Rp 7,97 milliar) dalam kurun waktu 18 hari merupakan rekor EFC yang hingga saat ini belum terlampaui di wilayah Asia Tenggara.
Sementara itu, Indonesia dengan pasar UMKM dan gap pembiayaan yang besar, berkesempatan untuk mendapatkan manfaat terbesar dari tekfin.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berhasil membuka dialog berkesinambungan dengan para operator tekfin melalui Asosiasi Fintech Indonesia dan memulai awal positif melalui pemberlakuan regulasi baru (POJK Nomor 77 tahun 2016). Koordinasi yang baik dan efektif antara regulator dan sektor swasta merupakan hal esensial untuk menjamin bahwa momentum yang berhasil diciptakan tidak hilang.
Salah satu pionir, Thailand, saat ini fokus pada pendekatan yang lebih hati-hati namun holistik. Badan Pengawasan Pasar Modal (Securities and Exchange Commission/SEC) di negara tersebut telah mengumumkan sebuah kerangka kerja kompetitif bagi ECF.
Bank of Thailand juga sedang merumuskan sebuah sandbox regulasi bagi tekfin untuk uji inovasi. Namun, kekosongan operator yang berlisensi dan kebutuhan untuk mengembangkan peraturan serta kompetensi industri menjadi hal yang perlu dicatat oleh Thailand saat ini.
Terakhir, Singapura mengambil langkah yang berbeda dibandingkan negara MINTS lainnya dengan memposisikan tekfin sebagai salah satu inti dari strategi nasional dan ambisi untuk menempatnya diri sebagai smart financial centre.
Badan Kebijakan Fiskal (Monetary Authority of Singapore/MAS) telah menjanjikan lebih dari SGD 225 juta (Rp 2,14 triliun) untuk pengembangan tekfin sekaligus menandatangani nota kesepahaman dengan institusi politeknik lokal untuk mendorong pengembangan keahlian di bidang tekfin. MAS telah mengeluarkan lisensi p2p lending dan ECF yang telah dimiliki oleh Crowdo.
Sangat menggembirakan menyaksikan perjalanan industri tekfin mencapai tujuan dan aspirasinya dalam memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih luas di Asia Tenggara.
Sementara masih banyak hal yang perlu diperhatikan, seperti kebutuhan akan kerangka regulasi yang kompetitif dan pengembangan kemampuan pelaku tekfin, wilayah ini sudah menunjukkan awal yang menjanjikan.
Pemikiran selanjutnya adalah untuk menjaga kepercayaan melalui koordinasi antara regulator dan sektor swasta, untuk memastikan bahwa industri ini dapat mencapai titik infleksi secepat mungkin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.