JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan tambang batu bara pelat merah PT Bukit Asam (Persero) Tbk membatalkan niatnya untuk menerbitkan obligasi global atau global bonds tahun ini senilai 2,5 miliar dollar AS.
Direktur Keuangan Bukit Asam Achmad Sudarto mengatakan, kemampuan perseroan untuk membiayai proyek pembangkit listrik masih cukup kuat. Emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode PTBA itu memang berencana membangun pembangkit listrik berkapasitas 5.000 megawatt (MW) hingga 2023.
Investasinya diperkirakan menelan dana sebesar 6 miliar dollar AS atau setara Rp 79,8 triliun (kurs 13.300), yang 30 persennya berasal dari ekuitas dan 70 persen dari pinjaman.
"Duitnya masih ada, jadi pakai yang ada dulu. Kalau ada kebutuhan mendadak yang lebih besar, bisa pakai global bonds, tetapi kami juga masih punya standby loan cukup besar," kata Achmad di BEI, Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Achmad menjelaskan, ekuitas yang dibutuhkan untuk membangun 5.000 MW pembangkit listrik mencapai 750 juta dollar AS (30 persen dari 2,5 miliar dollar AS).
"Kalau bonds itu butuh waktu. Jadi kalau butuhnya cepat, ya pakai loan. Saya perkirakan bonds baru keluar 2018 atau 2019. Tahun ini kayaknya belum," ucap Achmad.
Saat ini Bukit Asam tengah mengincar proyek listrik mandiri atau Independent Power Producer (IPP) sebesar 800 MW di Bangka, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Bukit Asam saat ini sudah memiliki sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2 x 8 MW, 3 x 10 MW, serta 2 x 100 MW yang berada di Banjarsari, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.