Minimnya jumlah investor lokal yang berkecimpung di industri pasar modal Indonesia saat ini menjadi tolok ukur minat masyarakat untuk berinvestasi.
Menilik budaya menabung, meski saat ini dana masyarakat yang terkumpul di perbankan mencapai Rp 4.836 triliun (Statistik Perbankan Indonesia Desember 2016, Otoritas Jasa Keuangan), nilai ini ternyata tidak lebih dari 35 persen PDB Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah utama di industri pasar modal bukan hanya rendahnya pengetahuan tentang investasi atau pentingnya menyisihkan uang, melainkan gaya hidup masyarakat yang cenderung konsumtif.
Grafik: Dana Pihak Ketiga Perbankan Indonesia Dibandingkan PDB Grafik: Dana Pihak Ketiga Perbankan Indonesia Dibandingkan PDB
Situasi ini berbanding terbalik dengan Singapura. Simpanan masyarakat di bank tidak begitu besar (sekitar 46 persen berdasarkan data World Bank), namun perbandingan nilai investasi reksa dana di pasar modal terhadap PDB Singapura mencapai 591persen.
Hal ini mendorong tingginya pendapatan per kapita Singapura (sekitar 87.100 dollar AS per kapita), karena masyarakat tidak hanya memperoleh pendapatan dari gaji pekerjaan, melainkan juga dari imbal hasil investasi.
Grafik: Rasio Nilai Investasi Reksa Dana di Pasar Modal terhadap PDB & Jumlah Investor terhadap Populasi Penduduk, 2015 (dalam persen) Grafik: Rasio Nilai Investasi Reksa Dana di Pasar Modal terhadap PDB & Jumlah Investor terhadap Populasi Penduduk, 2015 (dalam %)
Tren tingkat suku bunga bank yang terus menyusut di tengah melonjaknya biaya hidup, minimnya pengetahuan tentang alternatif instrumen investasi, serta kurangnya akses terhadap pasar modal, menjadi faktor utama rendahnya minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi. Mereka pun menjadi lebih senang berinvestasi dalam bentuk yang berwujud, seperti properti.
Padahal melalui produk investasi pasar modal, masyarakat berkesempatan untuk memperoleh hasil investasi yang lebih tinggi dan mudah dicairkan, karena transaksinya aman dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Produk reksa dana pasar uang, yang risikonya paling kecil di antara produk pasar modal lainnya, saat ini bisa memberikan potensi kenaikan imbal hasil bersih sebesar 6 persen-7 persen per tahun (tanpa dipotong pajak). Nilai minimum investasinya pun kecil, dimulai dari Rp 100.000, sehingga siapa pun bisa menikmati imbal hasil tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.