JAKARTA, KOMPAS.com - Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi menyisakan sebuah cerita. Hal ini menjadi sorotan pembaca kanal ekonomi Kompas.com. Jika ditilik dari sudut pandang ekonomi, cerita kunjungan Raja Salman ini serasa getir.
Pasalnya, segala sambutan yang diberikan oleh bangsa ini sepertinya hanya dibalas dengan investasi yang amat sangat sedikit dibandingkan dengan China ataupun Jepang, pada kunjungan Raja Salman di kedua negara tersebut.
(Baca: Jokowi Kecewa pada Raja Arab Saudi baca juga: Kekecewaan Jokowi Usai Melihat Nilai Investasi Arab Saudi di China...)
Boleh dibilang, seolah-olah ketulusan Presiden Joko Widodo memayungi sendiri Raja Salman yang kehujanan, atau menyetir sendiri kendaraan kecil untuk mengajak berkeliling Raja Salman, sia-sia saja?
(Baca: Hari Pertama di China, Raja Salman Teken Kesepakatan Senilai Rp 845 Triliun )
Benar tidaknya pandangan ini, pembaca Kompas.com yang berhak untuk menilai.
Di sisi lain, semakin dekatnya jadwal Lebaran membuat para pemangku kepentingan di negeri ini sibuk berbenah. Salah satu hal yang sangat tidak diinginkan untuk terulang tentu saja insiden di pintu tol Brebes Timur.
(Baca: Ini Kiat Menhub Agar Tragedi "Brexit" Tak Terulang)
Tidak heran jika pihak Kementerian Perhubungan berupaya segala cara untuk membuat mudik Lebaran tahun ini lancar.
(Baca: Ada Wacana "Pelat Ganjil-Genap" Saat Mudik Lebaran, Ini Kata Menhub)
Salah satunya dengan cara mempertimbangkan rencana penerapan pelat nomor ganjil-genap seperti pada pengaturan arus lalu lintas di Jakarta.
Berikut lima berita populer di kanal ekonomi di Kompas.com, yang layak Anda baca ulang:
1. Payung Presiden vs Investasi Arab Saudi
Kegelisahan hati Presiden Joko Widodo (Jokowi) teramat sangat lumrah, melihat deretan angka-angka yang menunjukkan betapa Indonesia masih kurang menarik dibandingkan China dalam menggaet minat investasi Arab Saudi.
Nilai komitmen investasi yang ditandatangani dalam nota kesepahaman antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi hanya sekitar 10 persen dari yang diteken antara pemerintah China dan Arab Saudi, dalam tur lawatan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud beberapa waktu lalu.
(Baca selengkapnya di: Yang Dibutuhkan Bukan Hanya Payung di Kala Hujan, Pak Presiden..)
2. Insiden United Airlines Berbuntut Panjang
(Baca: Insiden Penumpang Diseret Paksa, Saham United Airlines Terjun Bebas)
Siapa miliarder yang merugi? Baca di sini: Insiden United Airlines Bikin Miliarder Ini Rugi)
3. Menimbang Untung-Rugi Rencana Pelat "Ganjil-genap" Saat Lebaran
(Baca: Kemenhub: Kebijakan "Ganjil-Genap" Efektif Urai Kepadatan Kendaraan)
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menilai, penerapan pelat ganjil-genap saat mudik Lebaran memiliki sejumlah pertimbangan untung dan rugi. Apa saja?
(Baca: Ini Untung Rugi Penerapan "Pelat Ganjil-Genap" Saat Mudik Lebaran)
4. Penjualan Sukuk Arab Saudi
Lima tahun yang lalu, tidak penah terpikirkan bahwa Arab Saudi akan meminjam uang dari dunia internasional.
Namun rendahnya harga minyak membuat negeri yang kaya raya ini harus menata ulang anggarannya.
(Baca: Kunjungi Sejumlah Negara Asia, Arab Saudi Butuh Duit?)
Pada Desember 2016 lalu, Arab Saudi menyatakan defisit anggaran pada tahun 2017 diprediksi mencapai 198 miliar riyal atau 53 miliar dollar AS. Ini mencakup 7,7 persen dari produk domestik bruto (PDB).
(Baca: Pertama Kali Terbitkan Sukuk, Arab Saudi Raup Rp 117 Triliun)
5. "Misteri" Hilangnya Posisi Direktur Operasinal di Garuda Indonesia
(Baca: Menhub: "Pilot" Baru Garuda Harus Jaga Kebanggaan Indonesia)
Menurut dia, jika tidak ada yang menjabat posisi tersebut, ibarat sebuah restoran tanpa koki.
(Baca: Menhub Sorot Hilangnya Posisi Direktur Operasional Garuda Indonesia)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.