Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

Pilkada DKI: Etalase Jokowi jelang 2019?

Kompas.com - 20/04/2017, 14:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Tak itu saja, kehadiran Pence yang dipastikan selalu diikuti serombongan jurnalis, tidak akan diabaikan untuk aktif menyoroti sosok-sosok yang akan mendampingi Jokowi ketika menyambut orang kedua Amerika Serikat tersebut.

Umumnya, sesuai protokol penyambutan kepala negara yang hadir di Ibu Kota dilakukan pada pagi hari sebagai bagian dari pertunjukan diplomasi. Mulai dari kedatangan pesawat, terbukanya pintu pesawat hingga turunnya sang tamu dan bersalaman dengan para penyambutnya.

Dan menjadi tradisi, selain Presiden dan kepala lembaga legislatif maka Gubernur Ibukota dalam hal ini Ahok akan ikut menyambut tamu negara. Ahok akan menjadi host bagi Tuan Pence secara langsung sebab telah menjalani masa cuti kampanye putaran kedua Pilkada DKI selama satu setengah bulan, dari 6 Maret sampai 15 April 2017.

Hanya saja, jika benar kehadiran Tuan Pence dilakukan pada 19 April malam untuk kemudian pada 20 April melakukan kunjungan ke Masjid Istiqlal pada 20 April, bisa jadi ada pertimbangan politis ketika memutuskan hal yang tidak umum tersebut.

Artinya, serupa penyambutan Raja Salman yang dihadiri Gubernur Ahok dan menimbulkan beragam tafsir, sangat penting bagi pemerintah Jokowi untuk memastikan penyambutan berlangsung lancar tanpa gejolak pasca Pilkada DKI.

Maklum dalam kapasitasnya, jika Ahok akan mendampingi Jokowi ataupun wapres Jusuf Kalla dalam penyambutan resmi pada 20 April akan mendapat porsi komunikasi yang strategis sekaligus kritis karena besarnya massa penentang Gubernur petahana tersebut.

Pertaruhan Presiden Joko Widodo atas keamanan dan kenyamanan bagi Tuan Pence nilainya tak main-main yaitu perjanjian strategy partnership yang telah diteken Jokowi kala mengunjungi Presiden Barack Obama, Oktober dua tahun lalu.

Dalam kunjungan tersebut, kedua presiden menyaksikan penandatanganan 12 kesepakatan bisnis di bidang energi, transportasi, dan perluasan pabrik. Termasuk enam kesepakatan bisnis antara lain di bidang energi, konservasi air dan perbankan syariah.

Total nilai kesepakatan bisnis yang dihasilkan dua tahun lalu mencapai 20,07 miliar dollar AS atau setara Rp273,4 triliun! Jauh jika dibandingkan dibandingkan investasi Raja Salman dan rombongan yang hanya menghasilkan Rp 93 triliun. Tak heran jika Jokowi sedikit kecewa.

Dengan Amerika, kesepakatan bisnis Indonesia di antaranya adalah 2,402 miliar dollar AS dalam bentuk investasi langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia atau sekitar Rp 32,43 triliun serta 175 juta dollar AS atau sekitar Rp2,4 triliun berupa outward investment di Texas, AS.

Pada sisi lain, topik bahasan yang besar kemungkinan tidak akan dilewatkan adalah perihal kepastian langkah korporasi raksasa Freeport yang tengah melakukan negosiasi dengan pemerintah Indonesia.

Nilai investasi yang dibicarakan juga tak kecil, senilai 18 miliar dollar AS atau sekitar Rp 250 triliun jika Freeport dijamin dapat memperpanjang kontraknya hingga tahun 2021.

Meski para pejabat kedua negara memilih bungkam perihal kunjungan Tuan Pence berhubungan secara langsung dengan lobi Freeport, saya cenderung menilai hal tersebut tak mungkin untuk dilewatkan.

Serupa kunjungan kunjungan Menlu AS Condoleezza Rice, 11 tahun lalu ke Jakarta yang dipercaya menghasilkan konsesi Blok Cepu bagi ExxonMobil.

Boleh dikata, tanggal 19 dan 20 April 2017 adalah hari-hari terpenting bagi seorang Jokowi menuju Pemilu 2019 yang hanya tinggal hitungan hari, sembari mempersiapkan diri melakukan konsolidasi politik dan mengamankan suara di daerah-daerah yang menjadi lumbung suaranya.

Sayangnya, satu lumbung strategis Jokowi yaitu Ibukota telah lepas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com