Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korporasi Multinasional Ramai-ramai Hengkang dari Venezuela

Kompas.com - 22/04/2017, 14:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Raksasa otomotif Amerika Serikat General Motors (GM) menutup operasionalnya di Venezuela. GM hanya satu dari banyak perusahaan multinasional yang merugi akibat krisis berkepanjangan di Venezuela.

Mengutip CNN Money, Jumat (21/4/2017), krisis ekonomi yang parah dan guncangan politik menciptakan kondisi yang serba sulit di Venezuela, hingga memicu aksi protes dan memakan korban.

Warga yang melancarkan aksi protes meminta pemerintah melakukan perubahan untuk menyelamatkan Venezuela dari krisis.

Pada tahun 2015, Pepsi menderita kerugian 1,4 miliar dollar AS dari operasionalnya di Venezuela. Penyebabnya adalah anjloknya kurs bolivar dan kekacauan politik.

Pada saat itu, Pepsi menyatakan tidak lagi menghitung bisnis di Venezuela dalam keseluruhan pendapatannya.

Adapun Mondelez, produsen produk biskuit Oreo, menghentikan bisnisnya di Venezuela setelah mengalami kerugian hampir 800 juta dollar AS pada tahun 2016.

Meski Oreo dan produk Mondelez lainnya masih dijual di Venezuela, namun Mondelez tak menghitungnya dalam keseluruhan operasional.

Raksasa jaringan restoran cepat saji McDonald's masih beroperasi di Venezuela, namun dalam dua tahun terakhir penjualan produk kentang goreng dan Big Mac dihentikan karena kekurangan pasokan bahan pangan.

Delta, American Airlines, dan United Airlines, serta beberapa maskapai lainnya secara kolektif masih memperoleh laba 3,8 miliar dollar AS di Venezuela.

Namun, maskapai-maskapai itu, juga Lufthansa, Alitalia, dan LATAM, mengurangi penerbangan ke Venezuela atau bahkan menghentikan penerbangan ke sana.

Dalam beberapa tahun terakhir, raksasa minuman soda Coca-Cola membukukan kerugian dari bisnisnya di Venezuela.

Pada tahun 2016, Coca-Cola menghentikan kegiatan produksi secara temporer di Venezuela karena kurangnya pasokan gula di negara itu.

Venezuela adalah negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia. Dulu, negara di Amerika Selatan tersebut menarik perusahaan-perusahaan penyedia layanan produksi minyak seperti Baker Hughes dan Schlumberger.

Namun, setahun terakhir keduanya menutup beberapa kilang minyak dengan alasan pemerintah Venezuela belum membayar kewajibannya.

Ini adalah alasan utama produksi minyak Venezuela turun drastis. Hampir 10 persen perusahaan AS yang terdaftar dalam indeks S&P 500 atau sekira 46 perusahaan memiliki eksposur terhadap mata uang bolivar Venezuela.

Mata uang tersebut sekarang hampir tak ada nilainya. Hengkangnya perusahaan hanyalah satu dari sekian banyak masalah yang melanda negara yang tengah terlilit krisis itu.

Akibat krisis ekonomi, warga Venezuela terpaksa bertahan hidup di tengah kurangnya pasokan pangan dan obat-obatan, ditambah pula dengan lonjakan harga kebutuhan pokok yang meroket. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com