Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PTTEP dan Dompet Dhuafa Apresiasi Pejuang Kesehatan Indonesia

Kompas.com - 29/04/2017, 15:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Hingga September 2016, penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 10,7 persen atau sebanyak 27,76 juta orang. Sementara, jumlah penduduk miskin perdesaan mencapai 13,96 persen atau sebanyak 17,28 juta orang.

Jumlah tersebut cukup tinggi sehingga berdampak pada kualitas hidup masyarakat, terutama pada bidang kesehatan.

Dengan jumlah angka kemiskinan yang terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka dibutuhkan kerja sama pemerintah, swasta dan masyarakat dalam meningkatkan status kesehatan penduduk Indonesia.

Salah satu bentuk upaya penanganan terhadap masalah kesehatan masyarakat terwujud dalam program yang digagas PTT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP) bersama Dompet Dhuafa (DD) melalui kompetisi pejuang kesehatan.

Tujuan utama program ini adalah sebagai bentuk apresiasi PTTEP dan Dompet Dhuafa terhadap para pejuang kesehatan yang telah berkontribusi positif kepada masyarakat marjinal dengan keterbatasan dalam mengakses fasilitas kesehatan.

Kompetisi pejuang kesehatan menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam memperingati hari ulang tahun Gerai Sehat Rorotan ke-2. Gerai Sehat Rorotan adalah klinik pelayanan kesehatan gratis bagi dhuafa, yang juga merupakan hasil kerjasama PTTEP dengan Dompet Dhuafa.

Para pejuang kesehatan yang terpilih mendapatkan apresiasi senilai puluhan juta rupiah yang nantinya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan program kesehatan yang berjalan.

General Manager PTTEP Titi Thongjen mengatakan, proses pemilihan pejuang kesehatan ini cukup panjang. Publikasi program dilakukan sejak 1 Desember 2016.

Dari 109 peserta, terpilihlah 3 terbaik yang tersebar di 3 wilayah, yakni Jawa Barat, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Barat.

"Para pejuang kesehatan yang terpilih adalah orang-orang yang terbukti mampu memberikan kontribusi nyata untuk masyarakat. Kriteria yang harus mereka penuhi untuk dapat terpilih sebagai pejuang kesehatan, salah satunya yakni durasi program yang dijalankan harus sudah berjalan minimal 4 tahun," ujar Titi Thongjen melalui rilis pers.

Kriteria lain yang harus dipenuhi untuk menjadi pejuang kesehatan kata Titi adalah harus memiliki program yang unik, menginspirasi dan kontributif, bersifat orisinil dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat.

Pemberian apresiasi kepada tiga terbaik pejuang kesehatan ini digelar bertepatan dengan Indonesia Internasional (Bio) medical Student’s Congress (INAMSC). INAMSC merupakan bagian Liga Medika yang digagas oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Salah satu sosok peserta pejuang kesehatan yang terpilih yakni Mawarti Arumi, pejuang kesehatan dengan program klinik bank sampah.

Latar belakang pendirian klinik bank sampah yang digagas Mawarti adalah rasa empati kepada para lansia yang memilki keterbatasan ekonomi untuk mendapatkan akses layanan kesehatan yang layak.

Berlokasi di Desa Baruga, Kecamatan Uepay, Kabupatan Konewa, Sulawesi Tenggara, klinik bank sampah telah berdiri sejak tahun 2010 dan memiliki angota sebanyak 1.859 orang.

"Kegiatan yang dilakukan di klinik bank sampah antara lain penyuluhan kesehatan, penyuluhan hidup bersih dan sehat, hingga home visit untuk para anggota yang kesulitan berobat ke klinik bank sampah," ujar Mawarti.

Mawarti berharap, dengan adanya progam ini banyak masyarakat yang terinspirasi dan tergerak untuk membantu masyarakat marjinal mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang mumpuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com