Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sekolah Orangutan di Nyaru Menteng

Kompas.com - 02/05/2017, 17:01 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

Bahkan, baby sitter harus memiliki naluri keibuan untuk dapat melatih orangutan kembali liar. Sebanyak 48 baby sitter dari 200 karyawan yang bekerja di pusat rehabilitasi Nyaru Menteng.

Kegiatan di Sekolah

Baby sitter akan memberi makan orangutan tiap pukul 06.30. Baby sitter membawa buah, seperti pisang, nanas, dan kelapa ke masing-masing kandang. Sekitar pukul 07.00, baby sitter mengajak orangutan bersekolah di hutan yang letaknya tak jauh dari kandang.

Di hutan, baby sitter akan mengajari orangutan bagaimana cara mendapatkan makanan secara alami. Kemudian mengambil rayap di dalam kayu, menggantungkan buah di atas pohon agar orangtua dapat memanjat pohon, serta memakai alat untuk makan.

Mereka bersekolah di hutan hingga pukul 15.00. Setelah itu, orangutan dibawa ke sebuah lapangan terbuka beralaskan rumput hijau. Di sana, ada berbagai mainan yang terbuat dari drum, kayu, dan lain-lain.

Suasana di lapangan itu tak jauh berbeda seperti playground. Mereka juga bermain-main bersama baby sitter masing-masing. Pada pukul 17.00, barulah baby sitter membawa orangutan kembali ke kandang.

Denny menjelaskan, orangutan akan dibawa ke Pulau Salat untuk pra pelepas liaran setelah berusia 7 tahun.

Hanya saja, karena keterbatasan lokasi lepas liaran, masih banyak orangutan berusia di atas 7 tahun yang ada di pusat rehabilitasi Nyaru Menteng.

"Orangutan yang masuk ke sini bertambah banyak, tapi pulau (untuk pra pelepas liaran) enggak ada. Jadi yang harusnya orangutan ke pulau, jadi enggak bisa, karena di pulau sudah over capacity," kata Denny.

Setelah lulus sekolah di Nyaru Menteng, orangutan dilepas ke Pulau Salat selama satu tahun. Denny menyebutnya seperti program "magang" bagi orangutan sebelum benar-benar dilepaskan secara liar di hutan.

Di sana, orangutan akan memanjat pohon dan belajar mencari makan sendiri. BOSF memiliki dua lokasi lepas liaran bagi orangutan yang telah menyelesaikan program "magang" mereka di Pulau Salat.

Yakni di Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka di Kabupaten Katingan dan hutan lindung Bukit Batikap di Kabupaten Gunung Raya.

BOSF harus melakukan survei terlebih dahulu sebelum menentukan lokasi lepas liar. Kriterianya, setidaknya lokasi lepas liar itu harus mampu menampung hingga 250 orang utan. Tiap orang utan membutuhkan 1 hektar lahan.

Jika 250 orang utan, maka setidaknga membutuhkan lahan seluas minimal 25.000 hektar.

"Kemudian dilihat, apakah sejarahnya lokasi tersebur pernah ada orangutan apa enggak, kalau enggak pernah ya jangan. Perlu kajian sangat dalam untuk menentukan lokasi lepas liaran," kata Denny.

(Baca: Dianggap Keluarga, Serah Terima Bayi Orangutan Diiringi Tangisan)

Kompas TV Untuk membahas mengenai orangutan terancam punah, telah hadir Jamartin Sihite dari Ceo Borneo Orangutan Survival Foundation. Berapa banyak kasus pemburuan orang hutan liar di lakukan di Indonesia 2 tahun belakangan ini?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com