Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahit Manisnya Perjuangan Petani Kopi Asal Lampung

Kompas.com - 05/05/2017, 12:45 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

TANGGAMUS, KOMPAS.com - Menikmati sajian secangkir kopi mungkin sudah menjadi kebiasaan nenek moyang dari zaman dahulu. Kini, kopi menjadi sajian yang amat digemari oleh segala umur, bukan lagi sekedar minuman, tetapi kopi saat ini telah menjadi gaya hidup atau lifestyle masyarakat di kota-kota besar.

Terlebih Indonesia, dikenal dengan negara agraris, dimana hasil perkebunan dan pertanian menjadi penghidupan bagi ekonomi masyarakat.

Namun, siapa sangka dibalik kenikmatan secangkir kopi, ada perjuangan para petani kopi yang mampu menghasilkan biji-biji kopi berkualitas dan membuat seruputan kopi selalu nikmat dirasakan.

Salah satu produk kopi yang tak asing bagi masyarakat Indonesia, yakni Nescafe yang telah menggunakan biji kopi robusta asal Lampung.

Merek kopi dari PT Nestle Indonesia tersebut telah menjalankan kemitraan dengan ribuan petani kopi Lampung dalam menghasilkan kopi yang berkualitas, dan bermutu internasional.

Salah satu petani kopi mitra Nestle, Feri Elpison mengungkapkan, ada tantangan ataupun kendala yang dihadapi petani kopi saat ini, seperti kendala cuaca yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kopi.

"Sebenarnya banyak kenadalanya, yang jelas kendala cuaca untuk produktivitas," ujar Feri di Kebun Kopi Percontohan PT Nestle Indonesia, di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Kamis (4/5/2017). Menurut Feri, selain kendala cuaca, semangat para petani kopi dalam menggeluti pekerjaan sebagai petani kopi jug perlu ditingkatkan.

"Kemudian semangat yang perlu ditumbuhkan kepada petani-petani, sehingga lebih fokus bertani kopi, tidak menajdi pekerjaan sampingan, dan memang petani adalah pilihan pada akhirnya," kata Feri.

Feri pun bercerita, pada awalnya mimiliki pekerjaan sebagai petani kopi bukanlah pilihan bagi dirinya, karena dirinya melihat memiliki pekerjaan sebagai petani tidak menjanjikan hidup lebih baik. "Saya bertani kopi dari tahun 2007 dan bertani kopi bukan pilihan bagi saya, karena kami bertani begitu-begitu saja dan ilmunya juga dari nenek moyang kami," ungkapnya.

Setelah lima tahun berjalan menggeluti pekerjaan sebagai petani, Feri pun berkeinginan agar pekerjaannya lebih berkembang dan maju, hingga pada 2012 dirinya memutuskan untuk menjalin kemitraan petani kopi binaan Nestle Indonesia.

"Pada 2012 kelompok tani bergabung dengan Nestle, dan 2012 kami memulai kerja sama dengan Nestle, disitu kami belajar budidaya kopi yang baik," ujar Feri.

Feri mengatakan, dalam memperbaiki kualitas dan juga kuantitas tanaman kopi, para oetani diberikan fasulitas oembelajarang yabg dinamakan sekolah lapang, yang memberikan pemahaman kepada petani kopi bagaimana cara menanam kopi yang berkualitas.

Seiring waktu berjalan, Feri akhirnya merasakan manfaat dari program tersebut, salah satunya dengan meningkatnya produktivitas tanaman kopi miliknya dari yang sebelumnya hanya 500 hingga 700 kilogram per hektar, kini sudah mencapai 1,2 hingga 1,5 ton per hektar dalam satu musim tanam.

"Kalau sebelum bergabung hanya 5-7 kuintal (500-700 kilogram) per hektar setelah bergabung rata-rata 1,2 sampai 1,5 ton per hektar," kata dia.

Dari sisi penjualan biji kopi, menurutnya pihak Nestle tidak mewajibkan para petani kopi untuk menjual hany kepada Nestle, petani dibebaskan untuk menjual kemana saja dengan memilih mana harga yang lebih menguntungkan bagi petani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com