DUBAI, KOMPAS.com - Arab Saudi menyatakan progres kebijakan untuk mengurangi ketergantungan dengan minyak berlangsung dengan baik. Bahkan, Arab Saudi tidak keberatan jika pada tahun 2020 nanti harga minyak merosot ke 40 dollar AS per barrel.
"Kami tidak peduli jika harga mencapai 40, 45, 50, 55 (dollar AS per barrel) saat itu, karena kami telah bergerak menuju independen terhadap harga minyak," ujar Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed Al Jadaan seperti dikutip dari CNN Money, Jumat (19/5/2017).
Al Jadaan menerangkan, Arab Saudi berencana untuk benar-benar tidak lagi bergantung pada minyak yang selama ini memakmurkan negara itu selama 50 tahun terakhir.
Harapannya, pada tahun 2030, Arab Saudi tidak peduli lagi berapapun harga minyak. Tahun lalu, Arab Saudi menggulirkan rencana ambisius ketika harga minyak anjlok hingga mencapai 26 dollar AS per barrel.
Akibatnya, anggaran negara tersebut jebol. Untuk menyelamatkan APBN, Arab Saudi memangkas ganji menteri dan pegawai negeri.
Selain itu, subsidi juga dipangkas, pajak diberlakukan, dan Arab Saudi meminjam dana ke dunia internasional untuk menyeimbangkan neraca.
"Itu semua dilakukan ketika kami sangat khawatir dengan harga minyak dan ketegangan lainnya dalam perekonomian," ungkap Al Jadaan.
Arab Saudi diprediksi mengalami defisit anggaran sebesar 7,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2017. Angka ini lebih rendah dibandingkan 11,5 persen dari PDB pada tahun 2016 lalu.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengestimasikan Arab Saudi butuh harga minyak mencapai 84 dollar AS per barrel untuk menyeimbangkan anggaran pada 2017.
(Baca: Kurangi Ketergantungan Minyak, Arab Saudi Mulai Lirik Tenaga Surya)
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.