Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan Minta Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Prioritaskan Anak Petani

Kompas.com - 04/06/2017, 12:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) berperan sebagai motor penggerak sektor pertanian di Indonesia.

STPP diminta bisa menghasilkan penyuluh pertanian yang tangguh dan berjiwa agribisnis untuk mensukseskan visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

"Kita ini negeri yang kaya, yakni negeri agraris. Masa depan pembangunan negeri ada di STPP. Kami ingin menemukan putra-putri terbaik dari STPP. Penyuluh pertanian adalah motor penggerak suksesnya pembangunan pertanian Indonesia menjadi lumbung pangan dunia," ujar Amran melalui keterangan resmi, Minggu (4/6/2017).

Terkait hal ini, Amran meminta STPP membuka jalur penerimaan mahasiswa dengan mengambil lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di desa. Menurutnya, mahasiswa dari desa atau anak petani memiliki ketangguhan tersendiri.

"Anak-anak dari desa itu sangat kuat dan tangguh. Mereka sangat tepat menjadi penyuluh pertanian. Ke depan, prioritaskan perekrutan mahasiswa dari desa atau anak petani," ujarnya.

Mentan menambahkan, untuk mencetak mahasiswa atau penyuluh yang berjiwa agribisnis, STPP seluruh Indonesia diminta menjalin kerja sama dengan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkait pengelolaan lahan untuk menghasilkan komoditas pangan strategis.

"Kementan akan menggelontorkan bantuan berupa benih dan alat mesin pertanian," papar Amran.

Menurutnya, setiap STPP bisa kelola lahan BUMN sepeti Perhutani minimal 1.000 hektar. "Dengan cara ini, kita bisa ciptakan mahasiswa yang nantinya menjadi pelaku agribisnis sukses, tidak semata-mata ingin menjadi penyuluh Pegawai Negeri Sipil," tambahnya.

"Mahasiswa kalau mau jadi petarung, harus berani melewati gelombang besar dan harus punya mimpi besar. Mahasiswa nantinya harus bisa buat sendiri alat mesin pertanian," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com