Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melonjak, Porsi SBN yang Dikuasai Bank

Kompas.com - 05/06/2017, 06:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Porsi kepemilikan oleh bank pada Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan signifikan per akhir Mei 2017.

Mengutip Kontan, Senin (5/6/2017) data pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, menunjukkan porsi kepemilikan bank di SBN diakumulasi mencapai Rp 507,99 triliun.

Jumlah itu naik sekitar 3,26 persen bila dibandingkan dengan akhir April di angka Rp 491,93 triliun. Secara year to date (ytd) kepemilikan bank di SBN mencatatkan kenaikan sebesar 27,17 persen.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Lili Indarli mengatakan faktor utama meningkatnya kepemilikan bank di SBN disebabkan masih lambatnya pertumbuhan kredit baru hingga kuartal I 2017.

“Tingginya risiko kredit dan pertimbangan faktor likuiditas diperkirakan juga menjadi salah satu alasan bank memilih untuk menempatkan danya di SBN,” kata Lili, pekan lalu.

Senada dengan Lili, Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra melihat meningkatnya porsi kepemilikan bank di SBN sebagai strategi yang perbankan lakukan untuk menjaga likuiditas. Selain itu, penyaluran kredit bank juga Made nilai belum sesuai dengan ekspektasi.

“Secara umum ini bagian dari strategi perbankan untuk menjaga agar beban bunga tidak terlalu besar namun tetap bisa investasi sementara waktu ke SBN,” kata Made.

Maklum, Made melihat bank masih memiliki likuiditas yang cukup besar. Meski begitu, menurut Made ke depan kepemilikan bank di SBN baiknya turun. Sejatinya fungsi bank untuk menyalurkan kredit lebih banyak bukan menginvestasikan dana di SBN.

Laju kenaikan porsi kepemilikan bank di SBN bisa tertahan apabila penyaluran kredit mulai membaik dan sesuai ekspektasi bank. Lili mengatakan lambatnya pertumbuhan kredit baru akan membaik. “Sesuai dengan pola historis awal tahun diprediksi pertumbuhan kredit baru akan kembali meningkat di kuartal II 2017,” jelas Lili.

Perbaikan pertumbuhan kredit bisa terjadi apabila didorong kondisi ekonomi nasional yang juga membaik, turunnya risiko penyaluran kredit dan rencana penurunan suku bunga kredit oleh Bank Indonesia.

Jika kondisi tersebut terjadi maka tren peningkatan kepemilikan Bank di SBN diperkirakan tidak akan setinggi seperti saat ini.

Made menambahkan saat ini yang berjalan hanya kredit untuk investasi yang didorong pertumbuhan infrastruktur, sedangkan transaksi kredit konsumen belum banyak. Padahal, proporsi kredit konsumen yang cukup besar berpengaruh pada menebalnya margin bank.

“Bila kredit konsumen bisa naik harapannya porsi kepemilikan bank di SBN akan semakin turun,” kata Made.

 

Berita ini diambil dari kontan.co.id dengan judul asli : Porsi Kepemilikan Bank di SBN Meroket

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com