Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Makanan, Minuman dan Tekstil Diestimasi Tumbuh di Kuartal II

Kompas.com - 06/06/2017, 10:30 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan industri di kuartal kedua tahun 2017 lebih baik dibandingkan periode sebelumnya karena adanya kenaikan konsumsi di bulan Ramadhan dan Lebaran.

“Kami terus menjaga momentum pertumbuhan industri yang cukup baik pada kuartal pertama,” ujarnya melalui keterangan resmi, Selasa (6/6/2017).

Menperin memproyeksikan, industri yang terkena dampak positif pada kuartal II adalah sektor makanan dan minuman. Hal ini lantaran terjadi peningkatan permintaan produk seperti sirup, nata de coco, biskuit, roti dan lain-lain.

Pada kuartal I 2017, industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 8,15 persen. Selain itu, industri tekstil bakal ikut terdongkrak karena tingginya permintaan sarung dan pakaian muslim.

(Baca: Pemerintah Perkuat Struktur Industri Tekstil Nasional)

Airlangga meyakinkan, harga produk makanan dan minuman masih dalam kisaran yang wajar sehingga tidak memberatkan masyarakat.

“Kami meminta konsumen tidak perlu khawatir dalam menyetok kebutuhan pokok selama bulan puasa sampai Lebaran karena pelaku industri sudah mengantisipasi,” tegasnya.

Dorong Daya Saing

 

Sementara itu, Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Harjanto mengatakan, industri nasional harus dilindungi dari serangan produk impor dengan cara meningkatkan daya saing.

“Kami ingin mengejar pertumbuhan industri tahun 2017 sebesar 5,1 sampai 5,4 persen. Tentu untuk mencapai pertumbuhan tersebut, industri nasional harus dilindungi dari serangan produk impor,” ujarnya.

Saat ini, Kemenperin tengah menyiapkan sistem informasi perkembangan ekspor dan impor.

“Kami sedang memetakan kebijakan non tarif atau Non-Tariff Measures berbasis Sistem Informasi Ketahanan Industri (SIKI) yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS),” kata Harjanto.

Untuk itu, SIKI dapat menjadi rujukan data untuk Indonesia dalam mengembangkan kebijakan non tarif untuk ketahanan industri dalam negeri.

(Baca: Industri Makanan Minuman Tak Terganggu Pembatasan Kendaraan Logistik)

Kompas TV Nilai investasi yang dijanjikan mencapai 2,6 Miliar Dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 35 triliun.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com