Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ralali.com Bidik Ceruk Bisnis "Marketplace" untuk Kulakan Barang

Kompas.com - 09/06/2017, 20:01 WIB
Amir Sodikin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ralali.com, perusahaan rintisan atau startup di Indonesia, makin fokus untuk menjadi marketplace untuk kulakan barang dagangan dari para reseller. Ralali.com merupakan platform atau pelantar yang menghubungkan perusahaan besar dengan perusahaan kecil, atau istilahnya business-to-business (B2B).

CEO Ralali.com, Joseph Aditya M, mengatakan, Ralali.com ini dibangun sejak 2013. "Tahun 2014 kami menjadi perusahaan dan dapat investasi dari luar negeri," kata Joseph saat berkunjung ke redaksi Kompas.com di Palmerah, Jakarta, awal Juni lalu.

Ralali fokus pada model bisnis B2B untuk menjembatani transaksi antarperusahaan di Indonesia.

"Biasanya kan perusahaan kecil harus mencari-cari perusahaan besar atau distributor, harus pergi jauh untuk bertransaksi. Ralali.com ini berusaha memfasilitasi pertemuan ini," kata Joseph.

Ide Ralali.com sederhana yaitu memasukkan basis data perusahaan besar atau suplier, kemudian disebar ke bisnis medium. Awalnya, yang bergabung dengan Ralali adalah perusahaan-perusahaan industrial dengan barang-barangnya yang khas industri.

"Kami awalnya fokus pada MRO, maintenance, repair, and operations. Kemudian kami kembangkan bisnis yang niche misalnya melayani kebutuhan industri alat kesehatan, alat restoran, dan lain-lain," kata Joseph.

Hingga kini, total seller atau penjual mencapai 4.000 perusahaan besar, pembeli mencapai 90.000, dengan total produk mencapai 10.000. "Pengunjung website kami per bulan mencapai 1 juta user," katanya.

Joseph mengklaim, Ralali kini telah menjadi marketplace B2B terbesar di indonesia. "Di tahun 2017, kami dipercaya investor untuk diberikan funding, fokusnya mengembangkan ekosistem, masuk ke fintech, masuk ke fitur-fitur yang cukup unik misal RFQ atau request for quotation," kata Joseph.

RFQ memfasilitasi para pedagang kecil untuk mengunggah foto dari sebuah barang yang tak diketahui nama dan harganya. Para pembeli dari perusahaan besar akan menanggapi RFQ tersebut dan jika cocok maka transaksi pun berlangsung.

"RFQ itu seperti lelang, kami mendigitalkan prosesnya. Misal ada perusahaan kecil yang ingin berbisnis, mau kulakan barang tapi enggak tahu bagaimana carinya," kata Joseph.

Ke depannya, Ralali ingin memfasilitasi perusahaan luar negeri yang akan masuk ke Indonesia. "Kan biasanya selama ini mereka masuk ke Indonesia lewat pameran karena mereka enggak tahu cara lain untuk masuk ke indonesia. Dengan Ralali, akan memudahkan proses itu dan nantinya orang Indonesia bisa membeli barang luar negeri dari mereka," kata Joseph.

Marketing Communication Manager Ralali.com, Ranu Prasetyo, mengatakan, transaksi di perusahaannya biasanya dalam skala besar karena memang levelnya business-to-business, berbeda dengan business-to-customer (B2C) yang sudah banyak e-commerce yang bermain di Indonesia.

Ralali.com tak bersaing dengan e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, atau Blibli. "Transaksi di kami biasanya skalanya besar dan barang-barangnya unik, misal jualannya genset ke Indonesia Timur," kata Ranu.

Perilaku transaksinya tentu saja berbeda. Di Ralali, transaksi bisa mencapai lebih dari Rp 100 juta sekali transaksi. Barang-barang yang ditransaksikan juga kadang aneh-aneh, seperti mesin genset, ban truk, dan traktor.

Beberapa kisah orang bertransaksi di Ralali juga unik. Misalnya, waktu itu ada turis dari Dubai yang menginap di hotel di Indonesia. Turis tersebut mencoba sebuah produk teh pelangsing.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com