Kerugian bersih tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga bahan bakar avtur. Dalam setahun terakhir, biaya bahan bakar naik 54 persen dari 189,8 juta dollar AS menjadi 292,3 juta dollar AS.
Kenaikan biaya bahan bakar tersebut secara signifikan membuat total biaya operasional meningkat 21,3 persen dari 840,1 juta dollar AS menjadi 1,01 miliar dollar AS atau mencapai 20-30 persen dari biaya operasional.
(Baca: Pimpin Garuda, Pahala Mansury Fokus Efisiensi, Rute, dan Integrasi)
Penerimaan yang naik 6,2 persen dari 856 juta dollar AS menjadi 909,5 juta dollar AS tak mampu mengkompensasi tingginya biaya. Selain karena harga avtur, beberapa rute penerbangan baik domestik maupun mancanegara mengalami kerugian.
Setidaknya ada 10-20 rute dalam daftar yang tengah dikaji oleh pihak maskapai mengenai keberlanjutannya.
Berbagai upaya efisiensi untuk menekan kerugian. Akan tetapi, dikarenakan bahan bakar merupakan biaya yang di luar kendali, maka efisiensi tidak hanya dilakukan dari sisi operasional.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.