Tumbuhnya pesanan bagi BUMN itu membawa efek bagus bagi lingkungan sekitar pabrik. Baik dari segi kesempatan bekerja dengan dibangunnya pabrik-pabrik peralatan pendukung seperti pendingin udara sampai tempat duduk, ekonomi Madiun pun turut terangkat, kegairahan ekonomi makin tampak.
Bayangkan saja, di tengah masyarakat yang upah minimum regional (UMR)-nya Rp 1,4 juta, upah terendah kayawan PT INKA dan 2 anak serta 3 cucu perusahaannya minimal Rp 2,5 juta. Dibanding sarjana baru pegawai negeri sipil (PNS) yang gajinya antara Rp 2,5 juta dan Rp 3 juta, pabrik kereta ini berani membayar Rp 5 juta.
Ditambah macam-macam tunjangan, seorang karyawan PT INKA minimal menerima gaji 14 kali setahun, tetapi rata-rata mereka gajian 18 kali tergantung kondisi keuangan perusahaan. Tidak heran, seorang ahli perlistrikan yang baru saja memasuki masa pensiun dan ditampung di anak perusahaan bisa menerima gaji bersih Rp 9 juta sebulan.
Kondisi ini, ditunjang masa depan yang cerah di industri perkeretaapian, membuat banyak sarjana fresh graduate antre melamar. Selain gaji yang konon masih lebih tingi dibanding kayawan PT Telkom level sama, biaya hidup di Madiun sangat jauh dibanding dengan Surabaya. Apalagi dengan Jakarta yang biaya hidupnya super mahal, tetapi UMR-nya Rp 3,3 juta, hanya dua kali lipat lebih dari UMR Madiun.
Dan, keberadaan karyawan PT INKA, termasuk anak perusahaan yang 3.000-an orang, sangat mencolok di tengah jumlah penduduk Kota Madiun yang tidak sampai sejuta. Selain dengan karyawan PT Telkom dan karyawan PLN yang gajinya konon lebih besar, ketiga BUMN ini ikut menggerakkan ekonomi Madiun dan Jawa Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.