Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balada “Cheese Stick” Remuk di Bulan Berkah

Kompas.com - 22/06/2017, 12:57 WIB
Josephus Primus

Penulis

Yusup sudah hapal jalan-jalan yang harus dilaluinya untuk mencapai kawasan Kelapa Gading. Salah satu jalan favoritnya adalah Jalan Letjen Suprapto, kawasan Cempaka Putih. "Jalan itu kan lebar dan kalau malam lampu penerangannya banyak," kata Yusup, lulusan sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.

Yusup yang terlihat riang gembira menarik gas sepeda motornya meluncur ke Kelapa Gading. Seperti biasa, ia bergerak menuju Cempaka Putih. Jarum penunjuk kecepatan di sepeda motornya menunjukkan angka 40. Lumayan kencang laju sepeda motor itu.

Jalanan masih dipenuhi kendaraan saat Yusup memasuki kawasan Cempaka Putih. Seperti biasa, banyak sepeda motor berseliweran di jalur lambat. Ramai lancar.

Tanpa diduga Yusup, sebuah sepeda motor yang dikendarai seorang pria berjaket warna gelap berjalan terlalu dekat di sisi kanannya. Alhasil, sepeda motor itu menyenggol setang bagian kanan sepeda motor Yusup. Tak siap dengan kondisi itu, Yusup kehilangan keseimbangan. Sepeda motornya oleng ke kiri. Ujung-ujungnya, Yusup jatuh bersama sepeda motornya berikut barang bawaannya. "Wah!" teriak Yusup.

Warga sekitar tempat kejadian segera menolong Yusup. Dua orang membangunkan Yusup dan motornya. Mereka juga menepikan kendaraan itu. 

Sementara, yang lainnya membantu mengangkat dua kardus yang ikut terbanting. Meski mengenakan jaket lengan panjang berikut celana panjang dan bersepatu keds, Yusup tak terhindarkan dari luka-luka di kedua telapak tangannya. Di dekat jari kelingking tangan kirinya, malahan ada goresan luka berdarah.   

Setengah jam lebih berhenti sembari merapikan barang bawaannya, Yusup mengatur napasnya. Usai menenangkan perasannya, ia mengucapkan terima kasih kepada warga yang menolongnya, Yusup kembali melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di rumah Rosmita, Yusup menyerahkan dua dus pesanan itu. "Maaf Mbak Ros, tadi saya kecelakaan," katanya.

Usai mendengar keterangan Yusup, Rosmita bergegas memeriksa penganan pesanannya itu. Benar saja, lantaran kecelakaan kecil itu, penganan pesanannya kebanyakan rusak. "Aduh, cheese sticknya banyak yang remuk ya," kata Rosmita dengan nada agak tinggi.
Kepada Yusup, Rosmita mengatakan agar Yusup pulang saja. "Nanti aku kontak Mbak Nana ya soal pembayaran pesanan separuhnya lagi," kata Rosmita.

Di rumah, Nana yang menunggu nyaris dua jam, saat ahirnya mendapat cerita dari Yusup, mendadak kehilangan semangat. Soalnya, pesan melalui WA menunjukkan bahwa Rosmita tak mau membayar separuh harga yang telah disepakati. "Kan makanannya banyak yang rusak Mbak," begitu tulis Rosmita.

Nana mengaku pengalaman setahun lalu memang memberinya banyak pelajaran. Sebagai yang tergolong pemula dalam bisnis penganan, Nana memang perlahan-lahan menata kerja untuk mengukur risiko.

Salah satu yang sempat luput dari perhitungannya adalah risiko kecelakaan kerja yang dialami Yusup. "Aku enggak pernah nyangka bisa kejadian seperti itu," tutur mantan sekretaris direksi di sebuah perusahaan jasa konstruksi itu.

Risiko

Berbekal pengalaman itu, Nana memang kian giat memperbaiki berbagai lini bisnis rumahannya itu. Bagi orang seperti Nana, sedikitnya ada beberapa risiko bisnis yang menjadi pertimbangan.

Pertama, risiko keuangan. Jangan sampai keuangan pribadi sampai tergerus untuk kepentingan bisnis. 

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com