Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balada “Cheese Stick” Remuk di Bulan Berkah

Kompas.com - 22/06/2017, 12:57 WIB
Josephus Primus

Penulis


KOMPAS.com - Herdiana Irawati "mengunci" status akun Facebok dengan kata-kata "pre-order cheese stick tutup 11062017".

Senyum semringah pun menghiasi wajah perempuan berambut ikal itu. "Waktunya kerja keras lagi nih Pah. Semangat!" katanya sembari menatap wajah suaminya, Jatmiko Edi yang duduk berhadapan dengannya pada Minggu siang (4/6/2017).

Menanggapi ucapan istrinya, Jatmiko, pria bertubuh kurus itu cuma menjawab datar,"Ingat ya Mah, balada cheese stick remuk enggak boleh terulang." 

Membalas dengan senyuman, Herdiana menjawab,"Enggak Pah enggak."

Bulan puasa setahun silam. Herdiana yang karib dipanggil Nana mengenang insiden kecelakaan lalu-lintas yang menimpa Yusup, tetangganya yang menjadi tukang ojek khusus mengantar kue-kue kering, termasuk cheese stick. "Nyebelin emang kalau ingat," gumamnya mengenang kejadian di bulan berkah itu.

Begini ceritanya. Setahun lalu, Nana mendapat pesanan kue kering dari pelanggannya, Rosmita Rania, yang tinggal di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Rosmita yang memesan melalui akun Facebook membeli 50 stoples kue kering. Separuh dari pesanan itu adalah cheese stick. Selebihnya adalah putri salju, choco pindekas, dan kacang mete goreng. "Aku tahu kok, cheese stick buatan Nana enak banget,"  kata Rosmita yang rajin membeli produk buatan Nana sejak 2015 itu.

Nana memasang banderol harga untuk kue-kue kering buatannya yang disimpan pada stoples mika bundar ukuran setengah kilogram itu. Rata-rata, per satu stoples, harga yang ditawarkan ada di kisaran angka Rp 70.000 sampai dengan Rp 100.000. 

Sudah terbayang di benak Nana, berapa jumlah uang yang mengisi pundi-pundinya dari pesanan Rosmita.

"Bisnis makanan memang ramai pelanggan," ujar ibu dua anak yang memulai bisnis ini sejak 2014 dari rumah keluarga di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat.

KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Jelang Lebaran, produksi dan penjualan kue kering bisa mencapai 10 kali lipat dari hari biasa.

Singkat kata, pesanan untuk Rosmita kelar seminggu sebelum Lebaran. Nana kemudian memanggil Yusup untuk mengirim pesanan itu. "Sekalian berbagi rezeki sama tetangga kan berkah juga," tutur Nana lagi. 

Selain Yusup, Nana juga biasa memanfaatkan jasa Oji, tetangganya juga. Sama dengan Yusup, Oji yang punya nama lengkap Fauzi Rahmat itu sehari-sehari adalah tukang ojek pangkalan di gardu RW 009 Kelurahan Bungur.

"Kalau order banyak, ya, saya kasih lebih bayaran buat Yusup dan Oji," ujar Nana yang pada Ramadan setahun lalu mampu menjual 120 stoples kue kering.

Selembar Rp 50.000

Habis magrib, Yusup yang sudah selesai berbuka puasa mengendarai sepeda motor bebeknya menuju rumah Nana. Di sana, Nana sudah menanti dengan dua dus ukuran sedang berisi kue-kue kering pesanan. 

Satu dus ditaruh di boncengan belakang. Satu dus lagi diletakkan Yusuf di bagian tengah sepeda motor, persis di dekat kakinya. "Siap Mbak Nana," kata Yusup sembari menerima selembar uang Rp 50.000, upahnya mengantar satu kali jalan pesanan-pesanan itu.

Yusup sudah hapal jalan-jalan yang harus dilaluinya untuk mencapai kawasan Kelapa Gading. Salah satu jalan favoritnya adalah Jalan Letjen Suprapto, kawasan Cempaka Putih. "Jalan itu kan lebar dan kalau malam lampu penerangannya banyak," kata Yusup, lulusan sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.

Yusup yang terlihat riang gembira menarik gas sepeda motornya meluncur ke Kelapa Gading. Seperti biasa, ia bergerak menuju Cempaka Putih. Jarum penunjuk kecepatan di sepeda motornya menunjukkan angka 40. Lumayan kencang laju sepeda motor itu.

Jalanan masih dipenuhi kendaraan saat Yusup memasuki kawasan Cempaka Putih. Seperti biasa, banyak sepeda motor berseliweran di jalur lambat. Ramai lancar.

Tanpa diduga Yusup, sebuah sepeda motor yang dikendarai seorang pria berjaket warna gelap berjalan terlalu dekat di sisi kanannya. Alhasil, sepeda motor itu menyenggol setang bagian kanan sepeda motor Yusup. Tak siap dengan kondisi itu, Yusup kehilangan keseimbangan. Sepeda motornya oleng ke kiri. Ujung-ujungnya, Yusup jatuh bersama sepeda motornya berikut barang bawaannya. "Wah!" teriak Yusup.

Warga sekitar tempat kejadian segera menolong Yusup. Dua orang membangunkan Yusup dan motornya. Mereka juga menepikan kendaraan itu. 

Sementara, yang lainnya membantu mengangkat dua kardus yang ikut terbanting. Meski mengenakan jaket lengan panjang berikut celana panjang dan bersepatu keds, Yusup tak terhindarkan dari luka-luka di kedua telapak tangannya. Di dekat jari kelingking tangan kirinya, malahan ada goresan luka berdarah.   

Setengah jam lebih berhenti sembari merapikan barang bawaannya, Yusup mengatur napasnya. Usai menenangkan perasannya, ia mengucapkan terima kasih kepada warga yang menolongnya, Yusup kembali melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di rumah Rosmita, Yusup menyerahkan dua dus pesanan itu. "Maaf Mbak Ros, tadi saya kecelakaan," katanya.

Usai mendengar keterangan Yusup, Rosmita bergegas memeriksa penganan pesanannya itu. Benar saja, lantaran kecelakaan kecil itu, penganan pesanannya kebanyakan rusak. "Aduh, cheese sticknya banyak yang remuk ya," kata Rosmita dengan nada agak tinggi.

grapestock Ilustrasi jasa pengiriman menggunakan motor.

Kepada Yusup, Rosmita mengatakan agar Yusup pulang saja. "Nanti aku kontak Mbak Nana ya soal pembayaran pesanan separuhnya lagi," kata Rosmita.

Di rumah, Nana yang menunggu nyaris dua jam, saat ahirnya mendapat cerita dari Yusup, mendadak kehilangan semangat. Soalnya, pesan melalui WA menunjukkan bahwa Rosmita tak mau membayar separuh harga yang telah disepakati. "Kan makanannya banyak yang rusak Mbak," begitu tulis Rosmita.

Nana mengaku pengalaman setahun lalu memang memberinya banyak pelajaran. Sebagai yang tergolong pemula dalam bisnis penganan, Nana memang perlahan-lahan menata kerja untuk mengukur risiko.

Salah satu yang sempat luput dari perhitungannya adalah risiko kecelakaan kerja yang dialami Yusup. "Aku enggak pernah nyangka bisa kejadian seperti itu," tutur mantan sekretaris direksi di sebuah perusahaan jasa konstruksi itu.

Risiko

Berbekal pengalaman itu, Nana memang kian giat memperbaiki berbagai lini bisnis rumahannya itu. Bagi orang seperti Nana, sedikitnya ada beberapa risiko bisnis yang menjadi pertimbangan.

Pertama, risiko keuangan. Jangan sampai keuangan pribadi sampai tergerus untuk kepentingan bisnis. 

Kedua, risiko kegagalan produk. Prinsip yang mesti dipegang adalah cermat membaca pasar agar produk bisa diterima khalayak.

Selanjutnya, risiko waktu. Hal penting yang menjadi pegangan pada bagian ini adalah kemampuan manajemen waktu. Pasalnya, tak jarang bisnis dari rumah menyita banyak waktu sekaligus mengikis kesempatan berjumpa secara kualitatif dengan keluarga. 

Sejatinya juga, Nana bisa makin mampu mempertimbangkan risiko lantaran kecelakaan yang dialami Yusup. Nana bisa melirik alternatif asuransi jangka pendek sebagai jaminan untuk jasa para pengantar. Misalnya, ia bisa mengambil alternatif dengan memakai layanan proteksi seperti yang disediakan oleh FWD Life melalui "Asuransi Bebas Aksi".

Dengan layanan tersebut, orang-orang di balik jasa pengantar usaha miliknya, seperti Yusup bisa terlindungi dari cedera karena manfaatnya melingkupi penggantian biaya pengobatan, disabilitas, dan risiko meninggal dunia yang disebabkan oleh kecelakaan.

Sudah begitu, masa perlindungan bisa diatur dan diperpanjang. Untuk perlindungan satu tahun, misalnya, pemilik usaha seperti Nana hanya perlu membayar premi Rp 55.000 per bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com