Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Tarif Baru, Sopir Taksi Online Berniat Alih Profesi

Kompas.com - 06/07/2017, 22:28 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mengatur tarif baru bagi transportasi online berbasis aplikasi atau taksi online.

Aturan tersebut tertuang dalam revisi Peraturan Menteri Peruhubungan Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek. Untuk tarif baru tersebut pemerintah membagi dalam dua wilayah.

Wilayah I meliputi Sumatera, Jawa, dan Bali sebesar Rp 3.500 per kilometer (km) untuk batas bawah dan Rp 6.000 per km untuk batas atas.

Sedangkan Wilayah II yaitu Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua sebesar Rp 3.700 per km untuk batas bawah dan Rp 6.500 per km untuk batas atas.

Berbagai tanggapan muncul dari beberapa pengemudi atau sopir taksi online yang mengantungkan mata pencahariannya dari transportasi berbasis aplikasi.

"Iya sudah mengikuti aturan pemerintah (tarif). Sekarang hanya beda tipis sama taksi biasa (konvensional). Padahal kami makin susah dapat sewa (penumpang)," ujar Hendri Sobar, salah satu sopir taksi online kepada Kompas.com di Bintaro, Jakarta Selatan, Kamis (6/7/2017).

(Baca: Ini Tarif Batas Atas dan Bawah pada Taksi Online)

Hendri mengungkapkan, sebelum keluarnya aturan tarif baru pada taksi online, dirinya dan rekan sopir taksi online lain, telah merasakan semakin sulit mencari penumpang.

Dikhawatirkan perbedaan tarif yang tipis dengan taksi konvensional, akan semakin sulit mencari penumpang. Walaupun, ia mengakui penyesuaian tarif taksi online juga demi kepentingan bisnis transportasi roda empat itu.

"Bisa jadi susah dapat penumpang, tetapi peraturan ini agar persaingan lebih adil dan tidak hanya menguntungkan online saja. Saya mau alih profesi, narik (taksi) online jadi sampingan saja," jelasnya.

Sementara itu, sopir taksi lain yang Kompas.com temui di Bintaro, Tangerang Selatan, mengakui perubahan tarif taksi membuat banyak sopir taksi khawatir akan kelangsungan pekerjaannya.

"Teman-teman banyak yang bingung mau terus atau tidak. Tapi, kami jalani dulu saja dengan tarif baru ini. Jika berat nantinya, mungkin berhenti karena untuk perawatan, pajak mobil, dan bensin kami sendiri yang atur," jelas Budi Priyanto.

Menurutnya, dengan penyesuaian tarif baru ini dirinya sebagai sopir mengharapkan perusahaan penyedia aplikasi transportasi bisa membuat promosi yang bisa menarik minat penumpang.

"Saya ingin tarif promo yang lebih banyak dari perusahaan. Biar narik penumpang, kalau mahal kan penumpang juga milih naik online apa taksi biasa, kalau jalan lancar pasti pilih taksi biasa," jelas Budi.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com