Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nuklir dari Thorium, Masa Depan Energi Indonesia?

Kompas.com - 14/07/2017, 14:03 WIB
Aprillia Ika

Penulis

GUNUNG HALU, KOMPAS.com - Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Padahal, pemerintah memiliki target bauran energi sebesar 23 persen hingga 2025 mendatang.

Bagaimana seharusnya pemerintah memenuhi target tersebut?

Kamaruddin Abdullah, Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Darma Persada (Unsada) mengatakan bahwa pemerintah harus mulai berfikir untuk memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber energi.

Menurut dia, saat ini terdapat potensi thorium sebagai limbah timah yang bisa digunakan sebagai sumber energi nuklir.

Thorium sendiri dinilai lebih aman dari uranium. Thorium banyak ditemukan di beberapa daerah seperti di Bangka Belitung.

(Baca: Krisis Listrik, Indonesia Butuh Nuklir?)

"Nuklir bisa jadi alternatif, apalagi pembangkitnya saat ini modular yakni kecil bentuknya namun besar kapasitasnya," kata Kamaruddin usai peresmian pusat pengolahan kopi berbasis energi terbarukan di dusun Tangsi Jaya, Gunung Halu, Bandung Barat, Kamis (13/7/2017).

Ia menuturkan, saat ini pembangkit panas bumi merupakan pembangkit paling potensial untuk mendorong bauran energi nasional, yang baru mencapai 8 persen dari target 23 persen. Sebab, satu pembangkit panas bumi bisa menghasilkan puluhan bahkan ratusan mega watt energi listrik.

"Tapi pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi sangat susah dan mahal, biaya eksplorasinya saja bisa 10 juta dollar AS. belum lagi ada tantangan geologi atau struktur tanah dan batuan di Indonesia yang berbeda-beda," katanya.

Menurut Kamaruddin, Indonesia bisa mencontoh Vietnam dalam pembangunan pembangkit energi nuklir.

"Kami harapkan pembangkit seperti ini bisa dibangun dalam waktu dekat," kata dia.

Seperti diketahui, pada tahun lalu Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengajukan pembangunan pembangkit listrik bertenaga nuklir thorium antara tahun 2022-2025 dengan kapasitas 500 MW.

Di antara sejumlah engara ASEAN, Indonesia masih tertinggal dalam pemanfaatan nuklir. Sementara di China, negara ini berencana membangun pembangkit nuklir thorium pada 2022. Rivalnya, Amerika Serikat, akan membangun pembangkit nuklir thorium pada 2025.

(Baca: Minyak Indonesia Habis 12 Tahun Lagi, Krisis Mengintai Anak dan Cucu)

Seperti diketahui, bauran energi baru dan terbarukan penting untuk mengantisipasi berkurangnya minyak bumi dunia.

Di Indonesia, cadangan minyak di perut bumi Indonesia, tanpa ada eksplorasi baru, diprediksi akan habis 12 tahun-15 tahun lagi.

Diprediksi, angka impor minyak bumi Indonesia akan membengkak mencapai 1 juta barel per hari-2 juta barel per hari di 2022-2025 jika tidak segera mengembangkan energi non-fosil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com