Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uber Bisa Saja Berakhir Tragis Seperti Yahoo...

Kompas.com - 21/07/2017, 14:11 WIB
Aprillia Ika

Penulis

Sumber Reuters

NEW YORK, KOMPAS.com - Siapa tidak kenal Yahoo? Perusahaan ini merupakan pionir di industri internet dunia, namun berakhir jadi anak usaha Verizon Communication.

Beberapa waktu lalu, Yahoo resmi setelah diakuisisi oleh perusahaan telko terkemuka di Amerika Serikat tersebut senilai 4,5 miliar dollar AS (atau sekitar Rp 63 triliun).

Nama Yahoo pun hilang dan berganti dengan nama Altaba, yang saat ini masih menyisakan sejumlah saham di Yahoo Japan dan di Alibaba.

Yahoo, perusahaan yang terakhir dikomandani oleh eksekutif cantik Marissa Mayer tersebut, pada 1999 pernah memiliki valuasi nikai 100 miliar dollar AS. Menyedihkan jika harganya saat ini hanya 4,5 miliar dollar saja.

(Baca: Yahoo "Menyerah" pada Verizon, Marissa Mayer Harus Hengkang)

Pola yang sama bisa terulang pada Uber, pionir industri transportasi online. Perusahaan ini masih menghadapi segunung permasalahan hukum, hambatan regulasi, hingga budaya kerja.

Terakhir, pendiri dan CEO Uber, Travis Kalanick hengkang dari perusahaan yang didirikannya tersebut dan meninggalkan jurang lebar dalam manajemen Uber.

Pengembangan aplikasi Uber sendiri saat ini terbelah antara terus mengembangkan layanan transportasi online, atau mengembangkan bisnis transportasi kendaraan pintar tanpa supir. 

Uber tertarik mengembangkan transportasi kendaraan pintar tanpa supir, sebab saat ini sebagian besar dana Uber tersedot untuk biaya para driver, termasuk asuransinya. 

Kemudian, Uber telah menyerah di beberapa negara yang sejatinya merupakan pangsa pasar empuk, misalnya saja di China.

Uber akhirnya menyerahkan bisnisnya ke Didi Chuxing, layanan transportasi online sejenis di China, pada tahun lalu. Sebagai gantinya, Uber memiliki saham di Didi, sekitar 18 persen. Nilai sahamnya diperkirakan sekitar 8 miliar dollar AS saat ini.

(Baca: Grab Taxi, Lyft, Didi, dan Ola Bergabung Melawan Uber)

Tak lama berselang di tahun ini, Didi mendapatkan suntikan dana hingga 5,5 miliar dollar AS dan membuat perusahaan tersebut mempunyai valuasi 50 miliar dollar AS. Tentu saja dengan valuasi nilai sebesar itu, bisa saja Didi mencaplok Uber di kemudian hari. 

Awal bulan Juli ini, hal yang sama dilakukan Uber di Rusia. Uber mengibarkan bendera putih dengan menyerahkan bisnisnya ke rivalnya, Yandex, yang diganti dengan 37 persen saham di layanan kombinasi baru.

Nilai saham Uber di Yandex diperkirakan mencapai 1 miliar dollar AS, namun jika saham Uber dan Yandex digabung, nilainya mencapai 10 miliar dollar AS. Artinya, yandex juga berpotensi mencaplok Uber di kemudian hari. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber Reuters

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com