Lahan Seluas 384 Lapangan Bola Disiapkan untuk Jadi Kawasan Ekonomi Khusus

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pelindo II sudah menyiapkan lahan seluas 415 hektar untuk digunakan sebagai lokasi industri di Pulau Baai, Bengkulu.

Hal ini setelah BUMN pelabuhan tersebut mengusulkan agar Pulau Baai Bengkulu dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kepada pemerintah.

"Kami berani mengusulkan karena lahan kami di Pulau Baai sekitar 1.200 hektar," ujar Direktur Operasi PT Pelindo II Prasetyadi di acara diskusi Teras Kita, Jakarta, Jumat (1/3/2019).

Lahan seluas itu bisa digunakan untuk 384 lapangan sepak bola berstandar FIFA dengan panjang 120 ketat dan lebar 90 meter. Total satu lapangan sepak bola yakni 10.800 meter persegi atau 1,08 hektar.

Ia mengatakan, lahan yang siapkan untuk KEK Pulau Baai berada tepat di belakang Pelabuhan Pulau Baai. Sehingga produksi industri yang dihasilkannya bisa langsung dikirim melalui pelabuhan tersebut.

Pelindo II sudah membagi lahan untuk KEK menjadi 3 zonasi yakni zona industri pengolahan, zona logistik dan zona industri pendukung vital.

Rencananya sejumlah industri akan dibangun di area seluas 415 hektar tersebut. Mulai dari industri pengolahan tambang, pergudangan hingga industri penyedia listrik dan pengolahan air.

Selain itu Prasetyadi juga memastikan bahwa Pelindo II sudah memiliki master plant pengembangan pelabuhan untuk mendukung KEK Pulau Baai.

"Tidak perlu khawatir kepada para investor karena pengembangan pelabuhan sudah disiapkan," kata dia.

Sebelumnya Bank Indonesia meyakini perubahan Pulau Baai menjadi KEK dan membawa dampak positif kepada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu.

"Saat ini Bengkulu memiliki PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Rp 66,4 triliun, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 5 persen setiap tahun rata-rata," ujar Kepala Bank Indonesia Bengkulu Endang Kurniawan Saputra di acara diskusi Teras Kita, Jakarta, Jumat (1/3/2019).

Berdasarkan proyeksi BI, ada potensi ekonomi Bengkulu bisa tumbuh di atas 6 persen bila Pulau Baai menjadi KEK dan berbagai hambatan ekonomi dibenahi.