JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah tengah gencar mendorong industri melakukan revolusi untuk meng-upgrade menjadi industri 4.0. Di era tersebut, kecanggihan teknologi dikedepankan.
Kegiatan produksi akan banyak ditopang mesin, program, robotik, dan kecerdasan buatan. Pabrik-pabrik mulai menggunakan tenaga mesin otomatis untuk pengemasan, sistem sortir juga menggunakan mesin sebagai sensor. Tugas-tugas tersebut sebelumnya dipegang oleh manusia secara manual. Artinya, peran manusia mulai tergeser oleh mesin dan robot.
Hal ini yang membuat munculnya suara sumbang di tengah optimisme pemerintah menyongsong era industri baru. Para pekerja khawatir tenaga mereka tak lagi dibutuhkan, bahkan tak ada lagi tenaga manusia di masa depan.
Lantas, akankah keberadaan manusia sepenuhnya hilang di dunia industri? Senior Network Architect Huawei Indonesia Ivan Raditya Tanumiharja tak sepakat dengan anggapan tersebut. Menurut dia, secanggih apapun teknologi yang digunakan, tak terlepas peran manusia di belakangnya.
"Karena revolusi industri mengubah skill sekarang menjadi skill masa depan," kata Ivan di Jakarta, Jumat (1/3/2019).
Ivan mencontohkan, traktor sebelumnya hanya bisa beroperasi jika digerakkan manusia. Sekarang traktor bisa terotomatisasi dengan adanya program. Selain itu proses pengolahan data juga semakin canggih dan mengandalkan kecerdasan buatan. Tak bisa dipungkiri, manusia punya keterbatasan tenaga sementara kekuatan teknologi tak terbatas.
Membangun program tersebut, kata Ivan, adalah tugas manusia. Dengan demikian, yang diandalkan dari manusia bukan lagi tenaga, tapi juga otak.
"Di sisi lain tetap butuh manusia," kata Ivan.
Sementara itu, Managing Director Communication, Media, and Technology Industri Accenture, Donald Tirtaatmadja mengatakan, revolusi industri hafus disikapi positof sebagai tantangan baru bagi manusia. Sebab, pekerja harus menyesuaikan perkembangan industri dengan meningkatkan kualitas diri di area yang lebih kompleks.
Talent tetap dipakai oleh industri jika memiliki skill yang mumpuni dan dibutuhkan perusahaan.
"Kuncinya keep learning. Jangan bilang dulu kuliahnya komputer, jadi hanta pelajari itu. Akan ada hal baru yang berubah, 6 bulan sekali ada re-skill," kata Donald.
Kecerdasan intelejen maupun robotik bukanlah sesuatu yang patut ditakuti karena akan mengganti peranan manusia. Justru teknologi tersebut akan membantu manusia agar lebih produktif.
Oleh karena itu, perlu dibangun rancangan sistem yang dipastikan bisa meningkatkan kinerja. Tentu disertai regulasi dan fasilitas yang menunjang agar teknologi dan tenaga manusia bisa sejalan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.