Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Terus Cetak Sawah Baru, Kementan Siap Beri Bantuan ke Cianjur

Kompas.com - 10/03/2019, 08:59 WIB
M Latief

Editor

CIANJUR, KOMPAS.com - Sebagai salah satu upaya menciptakan swasembada pangan, Pemkab Cianjur terus berupaya mencetak sawah baru. Selama 2018 kabupaten ini berhasil mencetak lahan sawah baru seluas 160 hektar. Lahan baru tersebut berada di wilayah Campaka Mulya dan dan Cidaun.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy mengatakan, langkah Cianjur tersebut patut diapresiasi dan dicontoh. Pasalnya, lahan pertanian di Indonesia terus mengalami penyusutan.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penyusutan lahan baku sawah Indonesia dalam lima tahun terakhir mencapai 9 persen. Lahan baku sawah Indonesia berkurang dari 7,75 juta hektare (ha) di 2013 menjadi seluas 7,1 juta ha saat ini.

"Salah satu kewajiban pemerintah, baik itu pusat maupun daerah, wajib menetapkan lahan pangan berkelanjutan. Ini sudah diatur dalam Undang-undang nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan," ujar Sarwo, Sabtu (9/3/2019).

Untuk lahan sawah baru, lanjut Sarwo, jika sudah dalam kondisi clean and clear, Kementan siap memberikan bantuan yang dibutuhkan, berupa alat mesin pertanian (alsintan), benih, pupuk, maupun irigasi tersiernya.

"Kalau semuanya sudah siap, status lahan tidak ada masalah, kelompok tani ada yang siap menggarap, tinggal ajukan saja kebutuhan yang bisa dibantu pemerintah pusat," kata Sarwo.

Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian, Perkebunan, Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Henny Iriani Winata mengatakan bahwa pencetakan lahan sawah baru dilakukan untuk mengejar produksi pangan. Meskipun selama ini Cianjur selalu surplus beras, namun tetap harus selalu terjaga produksinya.

"Ini sebagai salah satu upaya meningkatkan produktivitas beras di Cianjur. Selama ini selalu surplus, tapi kita tetap berupaya agar produktivitasnya terus naik. Pencetakan lahan sawah baru menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk itu," kata Henny.

Henny menambahkan, upaya pencetakan lahan sawah baru tersebut tak lepas dari peran TNI yang secara langsung turut membantu masyarakat.

"Ini berkat kerja keras semua pihak, termasuk di dalamnya TNI. Hasilnya kita bisa mengubah lahan darat menjadi lahan persawahan," ujarnya.

Sementara penanaman, lanjut Henny, selama masih dalam tahap pemeliharaan akan disubsidi oleh pemerintah, baik berupa bibit maupun pupuknya. Para petani yang tergabung dalam empat kelompok ini tinggal melakukan penggarapan sawah dan melakukan penanaman.

"Untuk tahap awal penanaman, kita targetkan bisa mencapai 4,5 ton per hektar. Pada Maret ini akan memasuki masa panen perdana. Untuk tanam selanjutnya kita harapkan juga meningkat," ucap Henny.

Henny mengakui saat ini baru sebatas pencetakan lahan sawah baru, sementara pembangunan irigasinya belum disiapkan.

"Target yang utama itu pencetakan lahan sawah baru dulu, kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan saluran irigasinya," jelasnya.

Adapun untuk pembangunan irigasi bukan menjadi kewenangannya, melainkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).

"Kalau yang menjadi tanggung jawab kita sudah dilaksanakan, tinggal menunggu untuk pembangunan irigasinya. Kalau semua sudah bisa berjalan, maka akan tercipta lahan sawah baru yang produktif," ujar Henny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com