Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Mana, Ojek Online atau Transportasi Umum?

Kompas.com - 11/03/2019, 08:13 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Munculnya ojek online di kawasan perkotaan yang super macet di jam-jam sibuk seperti di Jakarta memang bagaikan oase di padang pasir. Meski kemudian akhirnya konsumen harus rela merogoh koceknya dalam-dalam lantaran mengandalkan ojek online untuk keperluan transportasi sehari-hari.

Pasalnya, untuk bisa mencapai satu titik ke titik tertentu, terutama di jama-jam sibuk, ongkos yang harus dibayarkan oleh pelanggan ojek online bisa berkali lipat jika dibandingkan menggunakan transportasi umum biasa seperti angkot.

Lalu apa saja sih yang jadi pertimbangan seseorang untuk menggunakan trasportasi umum atau ojek online?

Transjakarta tambah armada di Cibubur akibat peningkatan penumpang di hari pertama uji coba ganjil-grnap, Senin (16/4/2018)Stanly Ravel Transjakarta tambah armada di Cibubur akibat peningkatan penumpang di hari pertama uji coba ganjil-grnap, Senin (16/4/2018)

Baca juga: Banyak Promo di Ojek Online, Simak Tips Ini Agar Tak Boros

Galih Gumelar (27) karyawan swasta di Jakarta yang awalnya pengguna transportasi umum kemudian hijrah menjadi sepenuhnya mengandalkan ojek online mengatakan, banyaknya promo di awal kemunculan ojek online lah yang menariknya menjadi pengguna setia mereka.

Sebelumnya, Galih hanya menggunakan ojek online ketika di beberapa titik tertentu tidak ada transportasi umum alternatif seperti angkot.

"Tadinya tuh pakai ojek online cuma buat alternatif kalau mau ke mana-mana nggak ada angkot. Karena saat itu bener-bener murah banget yang namanya ojol (ojek online) kan banting harga deh. Seneng tuh kan, yang biasanya ongkos berapa jadinya enggak seberapa gitu," ujar Galih kepada Kompas.com, Kamis (7/3/2019).

Dalam satu bulan, Galih bisa menghabiskan Rp 1,2 juta untuk biaya transportasi ojek online.

Baca juga: Ketika Ojek Online Jadi Penyokong Transportasi Publik di Tanah Air

Galih pun menyadari, mahalnya biaya yang harus dia bayarkan ketika mengandalkan ojek online untuk kebutuhan sehari-hari. Di tambah lagi, tarif yang dipasang oleh ojek online kian hari kian mahal.

Namun, mengingat pekerjaannya yang mengharuskan dirinya sering berpindah dari satu titik ke titik lain dalam satu hari membuat ojek online menjadi solusi.

"Kadang aku enggak ngeluh juga sih. Karena ada intangible benefit. Kalau Go-Jjk dia tahu jalan tikus jadi cepet kalau public transport gila lamanya," ujar dia.

Namun, di suatu waktu dirinya pernah mengalami lonjakan tarif ojek online yang biasanya Rp 6.000 menjadi Rp 29.000. Saat itulah dia memilih untuk menggunakan transportasi umum meski harus memakan waktu lebih lama.

Berbeda dengan M Fajri (25), seorang pekerja media di Jakarta yang memilih untuk menghindari ojek online untuk kebutuhan transportasinya sehari-hari.

"Gue emang dari saat ojol booming dan mereka udah bisa buat kita bergantung kepada dia, gue merasa ojol itu mahal. Nah sejak itu gue mulai hindari ojol," ujar Fajri.

Dia tak menyangkal banyaknya promo yang ditawarkan ojol memang menggiurkan. Pemain bisnis ojek online yang memang hanya dua di Indonesia, yaitu Grab dan Go-Jek, membuat tarif yang mereka pasang benar-benar banting-bantingan harga.

"Karena ada promo sana-sini karena duo ojol di Indonesia perang promo, rugi dong kalau enggak dimanfaatin. Dan gue bandingkan dulu harga ojol A dan B. Pakai yang termurah," ujar Fajri.

Baca juga: Jokowi Sebut Pengemudi Transportasi Online Pemberani, Mengapa?
Fajri pun hanya mencadangkan dana Rp 200.000 di e-wallet ojek onlinenya. Hal tersebut dilakukan untuk membatasi penggunaan ojol. Sementara untuk sehari-hari dirinya lebih memilih menggunakan transjakarta.

Menurut dia, dengan tidak menggunakan ojek online bisa menghemat pengeluarannya mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per hari.

Memang, menggunakan ojek online atau pun transportasi umum merupakan pilihan. Akan tetapi, setiap pilihan ada keunggulan atau kekurangannya masing-masing.

Baik Galih, atau Fajri memiliki ukurannya sendiri-sendiri ketika akan mengeluarkan kocek untuk kebutuhan transprotasi sehari-hari. Fajri tetap menggunakan ojek online ketika banyak promo, dan Galih tetap menggunakan transportasi umum ketika tarif ojek online mulai tak masuk akal.

Pada akhirnya, mahal atau murah memang relatif. Semuanya akan bergantung kepada kebutuhan masing-masing. Nah, kamu pilih yang mana?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com