Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag: Kalau Kita Mau Ekspor, Berarti Harus Ada Impor...

Kompas.com - 12/03/2019, 08:36 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meminta semua pihak tidak melihat impor sekadar peningkatan angka saja.  Hal itu disampaikan Enggar terkait defisitnya neraca perdagangan Indonesia 2018 sebesar 8,57 miliar dollar AS karena tingginya impor.

"Jangan hanya dilihat dari angka saat ini," kata Enggar di Jakarta, Senin (11/3/2019).

Dia menyebut, komponen impor yang persentasinya tinggi tahun lalu kebanyakan bahan baku dan barang modal. Sehingga dari bahan baku dan barang modal tersebut, bisa diolah kembali oleh Indonesia kemudian dijual kepada negara-negara lain (impor).

"Contohnya, Indonesia mengimpor kapas dari Australia. Di Indonesia kapas itu dibuat baju sehingga kita bisa mengimpor baju kembali kepada Australia atau negara-negara lainnya. Sehingga tidak ada yang rugi," kata Enggar.

Baca juga: Mendag Sebut Pernyataan Jokowi soal Impor Jagung Tak Salah

Selain itu, Enggar juga mengatakan bahwa ekspor impor sangat berkaitan.

"Bagaimana kita mau bilang tidak impor, kalau kita ekspor. Kalau kita mau ekspor, berarti harus ada impor. Karena kalau kita ekspor, di negara penerima namanya ekspor. Begitulah definisi sederhananya," ucap Enggar.

Tahun 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 8,57 miliar dollar AS karena tingginya impor migas yang tumbuh sebesar 22,59 persen, impor bahan baku penolong yang tumbuh sebesar 20,06 persen, dan impor barang modal yang tumbuh sebesar 19,54 persen.

Sementara, ekspor migas hanya tumbuh sebesar 10,55 persen, ekspor industri pengolahan tumbuh 3,86 persen, ekspor produk tambang dan lainnya tumbuh sebesar 20,47 persen, dan ekspor sektor pertanian turun sebesar 6,4 persen.

Baca juga: Prabowo Pertanyakan Alasan Jokowi yang Terus Impor Pangan

Perjanjian CEPA

Pada kesempatan itu, Enggar juga optmistis bisa mendongkrak ekspor ke Australia. Keyakinan itu seiring dengan disepakatinya kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Australia (Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/IA-CEPA).

Perjanjian tersebut akan membuat Indonesia banyak meng-ekspor industri otomotif karena pabrikan otomotif di Australia tutup karena berbagai sebab.

Menurut Enggar, Indonesia bisa mengembalikan defisit dengan cara mengekspor otomotif.

"Otomotif yang diekspor ke Australia adalah mobil listrik dan mobil biasa selama barang otomotif tersebut memenuhi kriteria negara pengimpor. Kabar baiknya, kita sudah memenuhi kriteria negara tersebut," kata Enggar.

Enggar mengatakan, perjanjian ini juga harus disusun dan dirundingkan secara komprehensif agar kedua negara merasa diuntungkan.

Baca juga: Mayora Diminta Bikin Pabrik di Rusia, Mendag Minta Sukhoi Bangun Pabrik di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com