KOMPAS.com - Investasi bodong atau dikenal dengan scam sudah ada sejak sebelum reksa dana muncul di Indonesia dan masih akan terus ada ke depannya memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat dan iming-iming tingkat keuntungan yang menggiurkan.
Tidak hanya itu, bentuk penipuannya juga akan semakin canggih dengan bentuk yang berbeda-beda. Tidak tertutup kemungkinan suatu saat bisa seolah-olah seperti reksa dana. Selain itu, harus diakui juga, tidak semua pelaku industri reksa dana menjalankan usahanya sesuai dengan peraturan yang ada.
Bisa saja produk yang ditawarkan memang legal, tapi cara menawarkan dan menjelaskannya potensi keuntungan (return) menjadikan penawaran tersebut tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Bagaimana cara untuk mengecek legalitas reksa dana dan penawarannya sudah sesuai aturan atau tidak?
Selama ini, jika ingin mengetahui suatu produk investasi bodong atau tidak, maka masyarakat selalu disarankan untuk mengecek ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Informasi perusahaan jasa keuangan terdaftar dan diawasi OJK juga sudah kerap dicantumkan dalam materi dan situs pemasaran.
Meski demikian, pengecekan terhadap legalitas reksa dana tidak cukup hanya sekedar melihat apakah di brosur atau materi penawaran yang dikirimkan oleh agen penjual saja. Bisa saja, produk tersebut bodong tapi diberi label terdaftar sehingga kelihatan legal.
Untuk anda yang fasih dengan website, bisa mengakses situs reksadana.ojk.go.id, yang merupakan situs OJK yang berisi informasi seputar tentang Industri Pengelolaan Investasi termasuk reksa dana yang sudah terdaftar dan tidak.
Contoh tampilannya sebagai berikut :
Sumber : reksadana.ojk.go.id, diolah
Pada situs OJK, pilih profil dan kemudian Produk Reksa Dana. Masyarakat cukup mengetikkan nama produk reksa dana, manajer investasi, atau bank kustodian, dan selanjutnya situs akan menampilkan reksa dana mana saja yang sudah mendapat izin efektif dari OJK.
Apabila terdapat produk yang diklaim sebagai reksa dana, namun tidak bisa ditemukan pada situs di atas, bisa dipastikan bahwa reksa dana tersebut bodong.
Masyarakat juga bisa bertanya melalui call center OJK di 157
Produk yang sudah legal, tapi belum tentu penawarannya sudah sesuai aturan. Sengketa sering terjadi ketika masyarakat merasa “dijanjikan” suatu tingkat keuntungan yang pasti namun pada kenyataannya tidak sesuai harapan atau mengalami kerugian karena fluktuasi pasar.
Harus diakui juga, memasarkan reksa dana tanpa menjelaskan return juga tidak mungkin. Sebab reksa dana merupakan suatu produk investasi yang mengandung risiko tapi juga berpotensi memberikan tingkat keuntungan dibandingkan hanya menabung saja.