KOMPAS.com - Pasar Amerika Serikat selama ini menjadi salah satu pasar utama bagi produk perikanan dari Indonesia.
Nilai ekspor hasil laut Indonesia ke AS di tahun 2017, berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2019, mencapai 1,9 miliar dollar AS.
Angka itu setara dengan 38,61 persen dari total ekspor hasil perikanan Indonesia.
Nah, komoditas utama ekspor Indonesia itu adalah udang. Nilai ekspornya mencapai 1,25 miliar dollar AS.
Lalu, diikuti kepiting dan rajungan dengan nilai 354 juta dollar AS, serta tuna dengan nilai 214 juta dollar AS.
Dengan capaian itu, di tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat kelima dalam daftar eksportir terbesar ke AS, dari besaran ekspor.
Baca juga: Pelemahan Ekspor Asia Diprediksi Berlanjut hingga April 2019
Nilai totalnya mencapai 2,02 miliar dollar AS, atau setara dengan 8,3 persen dari total impor produk perikanan AS.
Sejalan dengan capaian itu, Pemerintah Indonesia ingin terus mengukuhkan kejayaan produk laut Indonesia di pasar AS.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan berpartisipasi pada Seafood Expo North America (SENA).
Perhelatan ini berlangsung pada 17-19 Maret 2019 di Boston Convention & Exhibition Center, Boston, AS.
Ada 17 eksportir dan asosiasi pelaku usaha Indonesia yang ikut di Paviliun Indonesia di ajang pameran seafood terbesar di Amerika Utara tersebut.
Berdasarkan siaran pers KJRI New York yang diterima Kompas.com, Kamis (21/3/2019), disebutkan, dalam pameran itu Indonesia menempati gerai seluas 350 meter persegi.
Pameran tahun 2019 ini diikuti oleh 1.414 peserta yang berasal dari 48 negara.
Partisipasi Indonesia ini juga menjadi salah satu partisipasi terbesar pada pameran perikanan internasional.
Baca juga: Pengamanan Sektor Kelautan, Menteri Susi Teken MoU dengan Panglima TNI
Pasalnya, SENA telah terbukti mampu mendatangkan capaian yang besar bagi Indonesia.
View this post on Instagram
Pada tahun 2018, hasil penjualan produk perikanan Indonesia pada saat pameran ini mencapai 144 juta dollar AS.
”Untuk pameran tahun 2019 ini kita mentargetkan penjualan produk perikanan meningkat sekitar 10-15 persen dari tahun sebelumnya.“
Demikian penuturan Direktur Pemasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Machmud yang membuka Paviliun Indonesia bersama Konsul Jenderal RI New York, Abdulkadir Jailani.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendongkrak nilai ekspor tersebut adalah dengan membuka pasar sustainable fisheries atau perikanan ramah lingkungan.
Hal itu ditandai dengan peluncuran produk tuna yang ditangkap dengan metode pancing (pole&line and handline tuna catch).
“Setelah sukses memerangi praktek illegal fishing, Indonesia sebagai negara penghasil tuna terbesar juga melangkah maju mengembangkan industri tuna secara sustainable," kata Machmud.
Baca juga: 106 Kapal Pelaku Illegal Fishing Ditangkap, Terbanyak dari Indonesia
Delegasi RI juga melakukan berbagai pertemuan dengan mitra swasta dan Pemerintah AS untuk pengamanan produk perikanan Indonesia ke AS.
Pertemuan -antara lain, dilakukan dengan National Fisheries Institute (NFI) dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Upaya ini dipandang penting untuk mengantisipasi berbagai kebijakan AS yang memberlakukan peraturan-peraturan baru.'
Selain itu, AS pun semakin mengetatkan kriteria dan kualitas produk impor perikanan di AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.