Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ingin Jago "Kandang", Sehati TeleCT Sasar Tiga Benua Pasarkan Produk

Kompas.com - 23/03/2019, 20:30 WIB
Murti Ali Lingga,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan rintisan atau start up asal Indonesia, Sehati TeleCT menyasar pasar internasional atau dunia untuk memasarkan produknya.

Produknya ialah TeleCTG, yang merupakan perangkat medis diagnostik yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.TeleCTG merupakan alat yang sudah alami peningkatan dari CTG konvensional, sehingga lebih terjangkau dan portebel.

Tak tanggung-tanggung, setidaknya tiga benua sekaligus yang disasar sekaligus yaitu Asia, Amerika, dan Afrika.

"Secara pangsa pasar seluruh dunia membutuhkan, khususnya negara berkembang. Asean, Afrika dan Amerika latin," kata Co-Founder dan CPO Sehati, Abraham Auzan belum lama ini di Jakarta.

Abraham mengatakan, perusahaannya sudah mendapatkan dan memperoleh izin produksi dari lembaga terkait pada November tahun lalu. Selain itu, produk TeleCTG kini sudah memiliki hak sehingga sudah layak dipasarkan.

"Jadi produksi segala macam mulai Desember 2018. Sekarang produk kita sudah digunakan di Kabupaten Kupang," tuturnya.

Dia menjelaskan, segala kegiatan produksi TeleCTG ini dilakukan di dalam negeri yang berada dua lokasi pabrik rekanan yang diajak kerja sama.

Untuk manufakturnya diproduksi di kawasan Cikarang dan untuk komponen chip-nya di kawasan Ciawi, Jawa Barat.

"Produksi sekarang ini memang kapasitasnya masih kecil. Baru ada sekitar 100 unit. Percobaan produksi besar itu (1.000 unit per tiga bulan) selesai Juni ini," sebutnya.

Produksi inovasi alat medis CTG ini ditargetkan bisa meningkat ke depanya, yakni mencapai 1.000 unit dalam sebulan. Sehingga bisa dipasarkan dan memenuhi permintaan pasar, baik pembeli perorangan maupun instansi.

"Memang kita juga sesuaikan dengan market. Kami juga ingin menambah kapasitas produksi kita sampai 1.000 per bulan. Melihat total market di Indonesia, ada 9.700 puskesmas, 47.000 bidan praktek mandiri, dan 2.000-an rumah sakit," sebutnya.

Meskipun sudah menergetkan pasar internasional, Abraham menuturkan, sejauh ini pihaknya masih fokus mamasarkan produk medis ini untuk Indonesia. Karena mereka didukung dan telah menjalin kerja sama bersama pemerintah, khususnya beberapa lembaga terkait seperti Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendes PDTT) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan lainnya.

TeleCTG akan dijual dan digunakan untuk pusat layanan kesehatan, baik Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan, maupun lainnya. Sebab, sangat cocok untuk di daerang tingkat dua melihat bobot dan TeleCTG sendiri.

"Larena ini ada dukungan pemerintah, ini prodok dalam negeri di bidang alat kesehatan berteknologi menengah diagnostic. Pemerintah jadi pasar kita dulu dan ada komitmen dari pemerintah juga ketika sudah ada alat dalam negeri, itu menjadi prioritas mereka," ungkapnya.

"Saat ini kisaran harganya sekitar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta, jika dibandingkan dengan alat CTG yang kovensional dengan merek top, lebih mahal, itu kisaran Rp 150 juta hingga Rp 170 juta," imbuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com