Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Netizen Miami yang Terlilit Utang demi Jadi "Bintang" Instagram

Kompas.com - 25/03/2019, 13:28 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi selebgram atau influencer di media sosial ternyata tak semudah yang dibayangkan. Beberapa dari milenial yang mencoba merangkak jadi selebgram ternyata harus merogoh kocek cukup dalam agar bisa tampil mengesankan di Instagram.

Lisette Calveiro, selebgram asal Miami sempat terlilit utang sebesar 10.000 dollar AS untuk menjalani kehidupan sebagai bintang Instagram.

Sebagaimana dikutip dari New York Post, Senin (25/3/2019) hal ini bermula ketika Calveiro pindah dari Miami ke New York pada 2013 untuk program magang. Saat itu, ia memandang kota tersebut layaknya gemerlap kota metropolis di film-film.

Selama tinggal di sana, ia menjalani kehidupan yang cukup hedon, nongkrong dengan teman-teman sampai terus membeli baju baru secara online. Tentu saja, mengabadikan itu semua di akun Intagramnya, @Lissettecalv

"Saya mau menceritakan kisah saya tentang anak milenial yang tinggal di New York," kata Calveiro, sebagaiamana dikutip dari New York Post.

Selebgram dengan pengikut lebih dari 37.000 ini mengaku kerap berbelanja baju demi mendapatkan "the perfect gram", sebagaimana ia istilahkan.

Meski kehidupan media sosialnya tampak glamor, ia mati-matian berjuang di sisi finansial. Ia hanya hidup dari tabungan seadanya dan juga bekerja paruh waktu.

Bahkan, setelah dia kembali ke Miami pada 2013 dan mendapatkan pekerjaan full time, Calveiro terjerat utang 10.000 dollar AS akibat ingin terlihat menjalani kehidupan mewah untuk ditampilkan di Instagram.

Di saat influencer Instagram memamerkan tren fesyen terkini dan liburan eksotis, pengikutnya harus menguras tabungan, bahkan membobol bank untuk bisa mengikutinya. Menurut Fashionista, Anda bisa menghabiskan sekitar 31.400 dollar AS setahun untuk mempertahankan standar kecantikan fisik yang diwakili setiap hari di feed Instagram selebgram.

Calveiro telah mengalaminya. Saat tinggal bersama orang tuanya di Miami, sebagian besar gajinya digunakan untuk makan di luar, berbelanja, dan bepergian. Semua itu dilakukan untuk menciptakan kehidupan online yang didambakan meski utang terus menghantuinya.

"Aku hidup dalam kebohongan," kata Calveiro.

Saat itu, Calveiro memanjakan diri dengan berbelanja hingga 200 dollar AS setiap bulan sehingga di Instagram dia tak terlihat memakai pakaian yang sama dua kali. Setiap bulan, dia juga berbelanja barang-barang high-end karya desainer, seperti tas vintage Louis Vuitton seharga 1.000 dollar AS atau aksesori dari Kate Spade, sehingga dia bisa memamerkannya kepada pengikutnya.

Calveiro juga ingin bergaya ala jet setter, bepergian ke lokasi baru seperti Las Vegas, Bahama dan Los Angeles, setiap bulan selama satu tahun. Ia terobsesi untuk mengoleksi foto seperti 12 filter di Snapchat yang terdiri dari beberapa lokasi di dunia.

Adapun belanja terbesarnya adalah tiket pulang pergi ke Austin, Texas, seharga 700 dollar AS untuk konser Sia pada November 2016.

Titik balik

Meskipun ia bepergian untuk bekerja, Calveiro menyadari bahwa banyak perjalanan yang dia lakukan sepanjang 2016 hanya untuk Instagram.

Hingga akhirnya ia menyadari bahwa keadaan seperti ini tak sehat bagi kehidupannya, terutama bagi keuangannya. Ia menyadari bahwa jika tak mengontrol ambisinya tersebut, ia tak bisa bertahan hidup di New York. Akhirnya ia mengisolasi diri dengan lebih menahan diri untuk beraktivitas di Instagramnya.

Calveiro pun pindah dengan teman sekamarnya ke apartemen yang lebih murah dengan sewa 700 dollar AS perbulan. Ia mulai menahan diri untuk berbelanja dan menghemat uang makannya. Ia juga memasak untuk dirinya sendiri dengan anggaran belanja bahan makanan mingguan 35 dollar AS.

Sekitar 14 bulan kemudian, Calveiro mampi melunasi utang-utangnya. Setelah bekerja dengan pelatih keuangan, dia sekarang menggunakan aplikasi bernama Digit, yang menyalurkan uang dari gajinya ke rekening tabungan setelah dia membayar biaya sewa dan hidupnya.

Meski begitu, sulit mengubah kebiasaan untuk berganti-ganti pakaian baru. Untuk mengatasinya, ia mengeluarkan 130 dollar AS perbulan untuk keanggotaan Rent the Runway, di mana ia bisa menyewa pakaian-pakaian sehingga merasa terus memakai baju baru.

Calveiro memgalu menyesal selama ini telah menghamburkan begitu banyak uang demi tampak wow di Instagram.

"Saya punya banyak kesempatan untuk menabung. Aku juga bisa menginvestasikan uang itu," kata dia.

Instagram telah menciptakan generasi konsumen yang terobsesi untuk membuat hidup mereka terlihat sempurna - dan beberapa dari mereka tampaknya menghabiskan ribuan dolar untuk melakukannya.

Bagi sebagian orang, ini mengarah pada hasil besar. Influencer yang berhasil dapat menghasilkan ribuan dolar per posting dan bahkan mungkin lebih berpengaruh daripada selebriti lainnya.

Sebagai contoh, Lauren Bullen, 24, dan Jack Morris, 26, duo travel-blogging terkenal, mengatakan mereka membuat gaji enam digit berkeliling dunia bersama. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Cosmopolitan, Morris mengatakan dia tidak akan mengirim kurang dari $ 3.000 dari sponsor.

Tetapi bagi orang lain, gaya hidup bisa melumpuhkan secara finansial.

Calveiro mengatakan kepada Post bahwa “tidak ada yang berbicara tentang” keuangan mereka di Instagram.

"Itu membuatku khawatir betapa aku melihat gadis-gadis peduli dengan citra," katanya.

Calveiro menambahkan bahwa dia memiliki "banyak peluang untuk diselamatkan."

"Saya bisa menginvestasikan uang itu dalam sesuatu," katanya.

Dampak "mematikan" Instagram/

Instagram telah menciptakan generasi konsumen yang terobsesi membuat hidup mereka terlihat sempurna. Beberapa dari mereka rela menghabiskan jutaan rupiah untuk melakukannya.

Tak dimungkiri, bagi sebagian dari mereka, menjadi selebritis di media sosial punya dampak yang besar. Influencer yang berhasil dapat menghasilkan ribuan dolar untuk satu kali unggahan, dan bahkan mungkin lebih berpengaruh daripada selebriti lainnya.

Sebagai contoh, Lauren Bullen dan Jack Morris, duo travel-blogging terkenal, menyatakan bahwa mereka bisa menghasilkan hingga enam digit hanya dengan berkeliling dunia bersama. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Cosmopolitan, Morris mengatakan dia tidak akan mengirim kurang dari 3.000 dollar AS dari sponsor.

Tetapi, bagi orang lain, gaya hidup bisa melumpuhkan secara finansial.

Calveiro mengatakan tidak ada yang berbicara tentang masalah keuangan mereka di Instagram.

"Itu membuatku khawatir betapa aku melihat gadis-gadis peduli dengan citra," kata dia.

Upaya bergaya hidup sempurna di media sosial tidak hanya mendorong beberapa pengguna Instagram untuk berutang, tapi juga berkontribusi pada beberapa masalah budaya yang lebih luas. Sebagaimana dikutip dari Business Insider, Royal Society for Public Health yang berbasis di Inggris baru-baru ini menyebut Instagram merupakan aplikasi media sosial terburuk untuk kesehatan mental.

Penelitiannya terhadap hampir 1.500 warga Inggris berusia 14 hingga 24 tahun menunjukkan bahwa orang muda kemungkinan besar mengaitkan Instagram dengan kesejahteraan mental negatif dan perasaan tidak mampu serta cemas.

"Media sosial telah digambarkan lebih adiktif daripada rokok dan alkohol dan sekarang begitu mengakar dalam kehidupan orang muda sehingga tidak mungkin lagi mengabaikannya ketika berbicara tentang masalah kesehatan mental anak muda," ujar Shirley Cramer, CEO dari organisasi tersebut.

Instagram bukan satu-satunya hal yang patut disalahkan. Obsesi terhadap objek visual sudah ada jauh sebelum aplikasi semacam itu meledak dan populer. Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2012 oleh American Psychological Association yang mengamati 9 juta orang muda di atas 40 tahun menemukan bahwa generasi milenium lebih peduli pada generasi sebelumnya tentang uang dan citra.

Penelitian itu menunjukkan bahwa proporsi siswa yang mengatakan menjadi kaya sangat penting bagi mereka meningkat dari 45 persen untuk baby boomer (disurvei antara 1966 dan 1978) menjadi 70 persen untuk Generasi Xers (disurvei antara 1979 dan 1999), dan 75 persen untuk milenial (disurvei antara 2000 dan 2009).

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com