Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India dan China Akan Gantikan Posisi Sillicon Valley?

Kompas.com - 27/03/2019, 08:36 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Selama ini, Sillicon Valley telah menjadi pusat teknologi dunia. Namun, stautus tersebut bisa saja segera berubah lantaran semakin banyak pekerja muda, terutama perempuan yang mulai mempertimbangkan cepatnya perkembangan industri teknologi di kawasan Asia.

Seperti diktip dari CNBC, Rabu (27/3/2019) sebuah studi yang dilakukan kepada 12.000 perempuan yang bekerja sebagai developer di 100 negara oleh sebuah situs lamaran kerja HackerRank, menemukan bahwa pekerja Genz Z tak lagi memandang San Fransisco sebagai salah satu patokan yang menentukan arah teknologi ke depan.

Sebagai catatan, Gen Z merupakan generasi post-milenial yang lahir setelah tahun 1997.

Secara global, Gen Z memandang pusat finansial China Shanghai sebagai salah satu pemimpin perkebangan teknologi di dunia dalam 5 tahun ke depan.

Sementara itu, responden dari Asia Pasifik dengan lebih kurang 14 persen dari responden menilai salah satu pusat perkebangan teknologi dalam beberapa tahun ke depan berada di Bangalore, India. Meski, Sillicon Valley masih menduduki posisi nomor satu sebagai pusat perkembangan teknologi IT di dunia hingga tahun 2024 mendatang.

Sementara riset tersebut dilakukan untuk memroyeksikan lanskap jangka panjang lantaran Silicon Valley tak lagi semenarik dulu karena biaya hidup yang begitu mahal.

"Biaya hidup di Sillicon Valley meroket dengan cepat, menyebabkan bakat dan pengusaha menjelajahi kota-kota lain dan peluang di seluruh Amerika Serikat," Vice President of People HackerRank Maria Chung.

Hal tersebut telah mendorong munculnya hub teknologi baru Amerika, termasuk di kota-kota seperti Austin, Boston dan Seattle. Di tempat lain, negara-negara seperti Cina dan India telah bekerja keras untuk berinovasi agar bisa menarik lebih banyak investasi.

"India dan Cina mengalami booming kewirausahaan teknologi mereka sendiri," lanjut Chung.

Memang, pada tahun 2018 Cina memiliki lebih banyak uang modal ventura yang diinvestasikan dalam perusahaan rintisan atau start up daripada AS. Sementara itu, Bangalore telah menjadi rumah bagi sejumlah besar perusahaan teknologi pemula di India dan yang ketiga terbesar di dunia.

Hal itu akan membuat keduanya menjadi semakin maju karena lahirnya start up - start up baru akan memanfaatkan generasi baru dengan kemampuan teknologi terbaik.

Sebagai catatan, tahun ini menjadi tahun pertama untuk anggota tertua Gen Z memasuki dunia kerja, yang sebagian besar akan berbasis di Asia.

Lebih dari 50 persen populasi India berusia 25 tahun, atau lebih muda. Negara ini juga berada di jalur untuk memiliki populasi technology developer terbesar di dunia pada tahun 2023.

"Ini mengarah pada kebangkitan industri teknologi di kota-kota seperti Shanghai dan Bangalore, yang perusahaan rintisannya memiliki dampak tidak hanya di kancah teknologi lokal, tetapi juga di pasar AS," kata Chung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com