Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Maluku, Menhub Dicurhati Pengusaha Logistik soal Tol Laut

Kompas.com - 27/03/2019, 22:13 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dicurhati pengusaha logistik saat berkunjung ke Saumlaki, Kabupaten Tanimbar, Maluku.

Budi dicurhati terkait masih lamanya waktu bongkar muat, distribusi barang melalui kapal feeder dari pelabuhan yang disinggahi kapal tol laut ke daerah sekitarnya, dan dampak penurunan harga barang.

Terkait waktu bongkar muat, Budi mendapatkan masukan agar bagaimana waktu bongkar muat dapat dilakukan lebih singkat dengan cara memaksimalkan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang ada di pelabuhan Saumlaki.

Menanggapi hal tersebut, Budi mengungkapkan bahwa profesionalitas TKBM yang ada harus lebih ditingkatkan serta dirinya meminta dilakukan penambahan crane agar dapat mengangkut barang lebih cepat dan banyak.

Baca juga: Menhub: Kartu Uang Elektronik akan Bisa Digunakan untuk Naik MRT

"Mereka meminta harus mengkoordinir buruh-buruh banyak, tetapi sekarang kerjanya hanya sampai jam 5, padahal harusnya bisa (dibuat sistem menjadi) 24 jam. Ini yang mesti ditingkatkan," ujar Budi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/3/2019).

Sementara itu, terkait distribusi barang dari pelabuhan yang disinggahi tol laut ke daerah sekitarnya, Budi mengatakan perlu dilakukan koordinasi dan kerjasama dengan Pemkab Tanimbar untuk memanfaatkan kapal-kapal rakyat sebagai kapal feeder.

"Dari port to port (pelabuhan tol laut) distribusinya tidak ada masalah. Yang masih menjadi masalah adalah bagaimana dari port (tol laut) ini ke daerah yang lain, baik darat atau ke pulau lain. Oleh karenanya kita bersama-sama Pemda Kabupaten Tanimbar kita akan menggunakan kapal-kapal feeder, kapal-kapal rakyat yang bisa digunakan kapal feeder,” kata Budi.

Sedangkan terkait dampak penurunan harga barang setelah adanya tol laut, Budi mengungkapkan bahwa diperlukan penerapan sistem teknologi informasi secara online untuk memotong rantai bisnis yang panjang sehingga harga barang bisa menjadi lebih murah.

Dengan sistem tersebut bisa membuat para pedagang kecil dapat langsung membeli barang yang didatangkan lewat tol laut dengan harga yang lebih murah.

"Dari sini (Saumlaki dan sekitarnya) kita harapkan barang-barang itu mereka bisa pesan menggunakan online. Mereka disini bisa memesan langsung di Surabaya. Jadi nanti ada tim yang mengcollect. Dengan mereka memesan langsung, membuat mata rantainya menjadi berkurang. Jadi tidak dikuasai satu orang, sehingga bisa berkompetisi dan bisa mendapatkan harga yang baik,” ucap dia.

Selain ketiga masukan tersebut, dia juga mengaku bahwa dirinya telah menyampaikan kepada Presiden bahwa perlu dilakukan perbaikan prasarana insfrastruktur transportasi di Saumlaki untuk meningkatkan efektivitas program tol laut.

Selain itu, Budi juga menyampaikan bahwa kapal-kapal perintis bisa juga dimanfaatkan untuk mengangkut barang untuk mengisi kekosongan kapal tol laut selama 1-2 bulan karena ada yang masih dalam proses tender.

“Kapal-kapal perintis yang mengangkut penumpang bisa juga mengcover barang, masyarakat dapat memanfaatkannya,” ujar dia.

Sebagai informasi untuk program tol laut pada tahun 2019 dianggarkan sebesar Rp. 222 milyar dengan pola subsidi yaitu subsidi operasional kapal dan subsidi kontainer. Tol laut tahun ini mempunyai 18 trayek yang terdiri dari penugasan sebanyak 11 trayek (pelni 5 trayek, ASDP 2 trayek dan Djakarta LLoyd 4 trayek) dan 7 trayek yang dilelang kepada swasta. Sedangkan kapal yang digunakan berjumlah 19 kapal.

Sementara itu untuk Pelabuhan Saumlaki pada tahun 2018 dilayari oleh trayek tol laut T-12 dengan rute Tanjung Perak-Saumlaki-Dobo-Tanjung Perak dengan operator PT Meratus Line. Sedangkan sepanjang tahun 2018, pelabuhan Saumlaki dikunjungi 13 kali kapal tol laut dengan muatan turun 16.552 ton dan muatan naik 4.960 ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com