Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Era Digital, Millenial Bisa Kerja Apa?

Kompas.com - 28/03/2019, 08:56 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, populasi milenial dibandingkan dengan seluruh penduduk usia kerja sebesar 24 persen. Angka tersebut setara dengan 63 juta penduduk, yang akan terus bertambah dan puncaknya terjadi di 2025 di mana Indonesia akan mengalami bonus demografi.

Lalu, apakah pasar tenaga kerja Indonesia sudah siap menyerap penduduk produktif yang jumlahknya akan terus bertambah tersebut?

CEO General Electric Indonesia Handry Satriago mengatakan, sebenarnya jumlah pekerjaan yang muncul karena digitalisasi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pekerjaan yang tergerus digitalisasi.

Mengutip studi McKinsey, secara historis pekerjaan yang dihasilkan oleh digitalisasi lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang hilang. Sehingga, potensi milenial untuk bisa mendapatkan pekerjaan di masa yang akan datang sebenarnya cukup besar.

"Dengan demikian, millenials ini akan mendapatkan pekerjaan, tapi pekerjaan jenis apa?" ujar dia di Jakarta, Rabu (27/3/2019).

Pasalnya, dalam beberapa indeks kompetisi global, posisi Indonesia belum cukup bersaing jika dibandingkan dengan negara kawasan seperti Malaysia bahkan Filipina.

Pada Global Competitivenss Index 2018 yang dirilis oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF), Indonesia menempati posisi ke 44 dari 140 negara, sementara pada Global Talent Competitiveness Index 2019, Indonesia menempati posisi ke 67 dari 125 negara.

Keberadaan digitalisasi memang akan menciptkan banyak lapangan kerja baru. Namun, tentu saja terjadi pergeseran jensi pekerjaan, di mana kebanyakan pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan dengan keterampilan.

Potensi penyerapan kerja, dengan posisi indeks kompetisi seperti yang sudah disebutkan, Indonesia masih belum siap untuk bisa meningkatkan kompetensi tenaga kerjanya menjadi tenaga kerja terampil.

"Pekerjaan yang banyak tersedia di dunia digital ada di low skill level. Dunia digital menghasilkan pengemudi grab, pengantar barang (kurir) dan sebagainya. Tapi low skill job itu bukan yang kita inginkan," ujar Handry.

Salah satu cara agar Indonesia mengejar ketertinggalannya untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam waktu relatif singkat, menurut Handry, adalah dengan sekolah vokasi.

Sebab, dengan sekolah vokasi anak-anak SMK bisa menjadi pekerja-pekerja berketerampilan yang memang dibutuhkan oleh industri di era digital, jika memang kualitas pendidikan vokasi tersebut ters ditingkatkan.

Dia mencontohkan, bagaimana Finlandia sebagai salah satu negara dengan sumber daya manusia yang paling komptitif sebanyak 60 persen SDMnya berasal dari sekolah vokasi.

Tak hanya sekolah vokasi, berbagai kegiatan yang bisa mengembangkan kreativitas milenial juga diperlukan agar mereka bisa memicu kemampuan di dunia kerja agar leboh baik.

Handry mengatakan, pekerjaan-pekerjaan terampil seperti data scientist, programmer, designer, 3D printer operator, menurutnya adalah jenis pekerjaan yang seharusnya terus dikembangkan di dalam negeri.

"The job is there, the opportunity is there, and we have the asset so the idea is vocational school and value creation activity," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com