Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pengelolaan Bandara dan Pelabuhan oleh Asing Jadi Perdebatan Jokowi dan Prabowo

Kompas.com - 31/03/2019, 10:57 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Rindi Nuris Velarosdela,
Bayu Galih

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia saat ini terlalu mengizinkan bandara, pelabuhan dikelola oleh perusahaan asing.

Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo Subianto dalam debat keempat Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta pada Sabtu (30/03/2019) malam.

"Kami tentara dulu diperintahkan untuk mati merebut lapangan udara. Mati merebut lapangan udara, kok dengan gampang kita kasih. Mau perusahaan swasta asing tetap kami tidak bisa terima kalau itu dikelola oleh asing, Pak," kata Prabowo.

Jokowi kemudian memberikan jawaban bahwa pengelolaan bandara dan pelabuhan oleh perusahaan swasta asing hanya untuk kepentingan komersial.

"Kalau menurut saya, misalnya itu pelabuhan untuk Angkatan Laut kita, diberikan kepada asing, itu yang tidak betul. Ataupun bandara, misalnya bandara di Madiun yang dipakai untuk menyimpan pesawat-pesawat kita di situ kemudian kita berikan kepada asing, itu yang tidak betul," kata Jokowi.

"Tetapi kalau airport-airport komersial, pelabuhan-pelabuhan komersial, mengapa tidak, dan itu juga dikelola oleh Pelindo," ujarnya.

Menurut Jokowi, mayoritas bandara di Indonesia masih dikelola oleh Angkasa Pura dan mayoritas pelabuhan masih dikelola oleh Pelindo.

Jika ada pengelolaan yang diberikan kepada asing, Jokowi berharap akan ada alih teknologi yang menguntungkan Indonesia.

"Menurut saya dalam hal untuk transfer of knowledge, transfer of technology, transfer of management, transfer of system, kenapa tidak kita ber-partner dengan perusahaan perusahaan yang memiliki kemampuan manajemen yang lebih baik.

Lalu bagaimana fakta pengelolaan bandara dan pelabuhan kepada pihak asing?

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pernah mengatakan bahwa ada 30 bandara dan pelabuhan yang pengelolaannya akan diserahkan kepada pihak swasta.

Menhub tidak menyinggung apakah pengelolaan itu dilakukan swasta nasional atau swasta asing.

Nantinya, kerja sama pemerintah dengan pihak swasta dilakukan dalam Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha atau KPBU.

Budi menyebutkan bahwa nantinya akan ada seleksi jika pengelolaan diserahkan kepada investor luar negeri.

"Nanti akan ada beauty contest untuk investor internasional dan itu bisa menambah kapasitas dan koneksitas kita dengan negara-negara lain," ujar Budi.

Baca juga: Menhub Buka-bukaan soal Bandara yang Dikelola Swasta

Pemerintah menjelaskan bahwa kerja sama itu dalam hal konsesi, bukan kepemilikan. Sampai saat ini, pemerintah masih melakukan finalisasi Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) Limited Concession Scheme (LCS).

Konsep itu memungkinkan pihak swasta bisa mengelola aset negara atau badan usaha dalam jangka waktu tertentu. Dari pihak kementerian perhubungan juga menyelesaikan konsep pengelolaan Badan Usaha Bandar Udara (BUBU).

Sejumlah proyek yang akan ditawarkan kepada pengelola swasta antara lain Bandara Labuan Bajo, Bandara Radin Inten, Bandara Juwata, Pelabuhan Manokwari, Pelabuhan Timika, Pelabuhan Bau-Bau.

Baca juga: Ini Proyek Bandara dan Pelabuhan yang Ditawarkan ke Swasta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com