Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Brexit Tak Kunjung Pasti Bikin Ekonomi Inggris Kian Loyo

Kompas.com - 03/04/2019, 09:45 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNN

LONDON, KOMPAS.com - Ketidakmampuan politis Inggris dalam menyepakati sikap yang dilakukan untuk meninggalkan Uni Eropa telah membawa Brexit menjadi kian tak jelas. Hal tersebut turut membuat ekonomi Inggris kian loyo.

Pasar properti yang kian lemah, produksi manufaktur mobil yang kian turun, investasi melorot, serta iklim investasi yang suram menunjukkan ketidakpastian Brexit yang berlangsung hampir 3 tahun menyebabkan ekonomi Inggris mandek.

Seperti dikutip dari CNN, Rabu (3/4/2019), Kamar Dagang Inggris pada Selasa (2/4/2019) waktu setempat menyampaikan hasil survei terhadap 7.000 pelaku bisnis yang meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi hampir terhenti pada kuartal pertama tahun ini.

Baca juga: Dampak Buruk Brexit, Ekonomi Inggris Rugi Rp 11 Triliun Tiap Minggu

"Temuan kami merupakan peringatan bahwa kebuntuan yang sedang berlangsung di Westminster berkontribusi terhadap perlambatan tajam dalam ekonomi," ujar Direktur Jenderal Lobi Bisnis Kamar Dagang Inggris Adam Marshall.

Perekonomian Inggris hanya mengalami ekspansi sebesar 0,2 persen pada tiga bulan yang berakhir pada Januari lalu. Ekonom pun mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi yang kian melemah setelahnya.

Salah satu kunci yang bisa menunjukkan melemahnya ekonomi Inggris adalah sektor jasa yang berkontribusi terhadap 80 persen PDB Inggris.

Baca juga: Imbas Brexit, 7.000 Karyawan di Sektor Keuangan Hengkang dari Inggris

Survei yang dilakukan IHS Markit menunjukkan penerimaan tenaga kerja di sektor jasa terus turun dan mengalami penurunan tercepat sejak 2012 pada Februari ini seiring dengan perusahaan yang memutuskan untuk menunda membuka lowongan kerja karena ketidakpastian Brexit.

Chief Business Economist IHS Markit Chris Williamson mengatakan, data survei mengindikasikan ekonomi Inggris akan cenderung stagnan di Februari dan mengalami perlambata pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1 persen di kuartal pertama tahun ini.

Sektor konstruksi juga mengalami perlambatan pada Maret ini. Meski, sektor manufaktur sedikit mengalami peningkatan.

Baca juga: Imbas Brexit, Pertumbuhan Ekonomi Inggris Semakin Anjlok di 2019

Sektor yang paling terdampak Brexit adalah sektor properti. Harga rumah di ondon turun 3,8 persen pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Berdasarkan data pemberi pinjaman hipotek Nationwide, penurunan tersebut adalah yang tertajam sejak 2009.

"Karena Brexit dan tingginya ketidakpastian ekonomi memicu kehati-hatian pembeli," ujar kepala penasihat ekonomi EY ITEM Club Howard Archer.

Royal Institution of Chartered Surveyors mengindikasikan adanya penurunan permintaan dan penjualan selama enam bulan berturut-turut hingga Februari. Sebesar 77 persen responden survei mengonfirmasi bahwa kebingungan Brexit menekan pasar properti.

Baca juga: Brexit, Airbus Ancam Pindahkan Pabrik Sayap Pesawat dari Inggris

Selain itu, investasi di Inggris merosot 0,9 persen dalam tiga bulan di akhir 2018. Merosotnya investasi tersebut terjadi untuk pertama kalinya sejak krisis finansial global.

Bank sentral Inggris, Bank of England pun mengestimasikan perekonomian Inggris lebih kecil 2 persen dari yang seharusnya jika pemilik hak suara tetap memilih bergabung dengan Uni Eropa.

Artinya, perekonomian Inggris telah kehilangan 800 juta poundsterling atau setara dengan 1 miliar dollar AS dalam satu pekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com