Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Holding BUMN Penerbangan Masih Belum Jelas

Kompas.com - 08/04/2019, 18:59 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana Kementerian BUMN untuk membentuk holding penerbangan yang terdiri dari empat atau lima perusahaan masih belum terang.

Kendati Kementerian BUMN sudah menyurati Kementerian Keuangan untuk membuat PMK namun landasan pembentukan holding masih jadi pertanyaan.

Agus Pambagio, Pengamat Kebijakan Publik menilai tidak ada untungnya membentuk Holding Penerbangan selain membesarkan aset semata. Pasalnya, dari beberapa holding yang sudah dibentuk sebelumnya tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

Dirinya menduga PT Survai Udara Penas (Persero) atau Penas akan menjadi induk holding penerbangan bila memang terbentuk. Pasalnya, saat ini hanya Penas yang 100% sahamnya dikuasai pemerintah.

Baca juga: Menteri Rini Kaji Pembentukan Holding BUMN Penerbangan

Sedangkan nantinya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), PT Angkasa Pura I (AP I), PT Angkasa Pura II (AP II) dan PT Airnav Indonesia akan di bawah Penas. Ia mengatakan Menteri BUMN sudah menyurati Menteri Keuangan untuk dibuatkan PMK untuk kemudian nantinya Presiden bisa mengeluarkan Perpres atau PP terkait holding penerbangan.

"Saya tidak melihat untungnya dimana, AP I dan AP II memang untung, tetapi Garuda rugi, Penas Rugi saya terus terang belum tau rencana detilnya, kita tunggu Menteri Keuangan jawabannya seperti apa," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (8/4/2019).

Dirinya menduga rencana ini hanya sebagai upaya membesarkan aset agar holding penerbangan bisa melakukan pinjaman dalam jumlah signifikan. Pasalnya, banyak proyek-proyek khususnya yang ditangani AP I dan AP II membutuhkan dana yang cukup besar.

"Kalau buat saya karena belum ada studinya, saya belum memahami rencana itu. Holding bukan satu-satunya jalan keluar untuk kerjasama. Bisa saja kalau (dibentuk) holding asetnya akan satu dan terjadi pemindahan-pemindahan pembayaran oleh holding, saya juga belum tau modelnya akan seperti apa," lanjutnya.

Baca juga: Holding BUMN Penerbangan Bakal Dibentuk, Siapa Pimpinannya?

Yang jelas dari mulai holding Pupuk, Energi, Pertambangan, Perbankan dan lainnya tidak memberikan dampak signifikan. Efeknya hanya pada aset yang membesar saja, sedangkan dari sisi kinerja tidak mengalami perbaikan.

Reza Priyambada, Analis Senior CSA Research Institute menjelaskan bahwa skup bisnis dari holding enerbangan ini tidak sama. Oleh karena itu, investor butuh kejelasan posisi PT Garuda Indonesia (persero) Tbk dalam holding akan seperti apa.

"Holding penerbangan ini scope bisnisnya berbeda, Garuda Indonesia sebagai pelaku usaha sedangkan AP I dan AP II itu operator bandara. Kalau hanya AP I dan AP II yang dilebur menjadi holding landasan udara itu masih memungkinkan," tambahnya.

Menurutnya, pemerintah harus mengkaji rencana tersebut, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang akan tergabung. Apakah dengan rencana ini biaya operasional GIAA akan mengalami penurunan, belum lagi efek bagi GMF AeroAsia dan perusahaan di bawah GIAA akan seperti apa.

Baca juga: Holding, Kementerian BUMN Janji Tak Minta Suntikan Dana Negara Lagi

"Investor butuh kejelasan posisi Garuda dipembentukan holding itu akan seperti apa. Kalau kayak Pertamina, PGAS dan Pertagas kan masih nyambung kalau ini berbeda," lanjutnya.

Manajemen GIAA masih belum mau berkomentar banyak mengenai wacana Holding Penerbangan ini. Yang jelas, Garuda Indonesia sebagai perusahaan BUMN dan perusahaan terbuka akan mengikuti skema dan rencana yang disiapkan pemerintah.

"Untuk ini (Holding Penerbangan) cocoknya tanya ke Kementerian BUMN. Betul, Garuda Ikut saja rencana pemerintah," ujar Ikhsan Rosan, Vice President Corporate Secretary GIAA.

Manajemen Garuda Indonesia juga belum melakukan pembicaraan internal mengenai rencana Kementerian BUMN tersebut. Oleh karena itu, dirinya belum mau banyak berkomentar perihal rencana pembentukan holding penerbangan.

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini M Soemarno menjelaskan pembentukan holding tersebut akan terdiri dari AP I, AP II dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. "Kami analisa sekarang perusahaan holding membawahi AP I dan II, dan juga operasi transportasi yang lain seperti Garuda," ujarnya. (Andy Dwijayanto)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Rencana holding penerbangan masih belum jelas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com