Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Sering Bangkrut, Usaha Ana Kini Beromzet Puluhan Juta Rupiah

Kompas.com - 12/04/2019, 12:48 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasiana atau yang akrab disapa Ana (37), merupakan perempuan asal Sidoarjo yang memiliki bisnis rumahan sari kedelai.

Bisnis yang diberi nama Seven Soy ini awalnya terinspirasi karena usahanya yang terus-menerus bangkrut. Namun, Ana tidak patah arang dan terus memutar otak untuk memulai bisnis baru.

"Sebelum saya punya bisnis ini jatuh bangunnya tidak terhitung. Tapi saya enggak mau putus asa dan semangat terus. Ketika saya mengalami kebangkrutan, saya cepat-cepat cari solusi. Saya yakin, kalau saya cari cara pasti menemukan jalan," kata Kasiana kepada Kompas.com, Kamis (11/4/2019).

Baca juga: Ditantang Dosen Berbisnis, Pria Muda Ini Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah

Ana Mengatakan, ia memilih bisnis ini karena mudah dan satu-satunya yang bisa dia produksi setelah usaha sebelumnya jatuh bangkrut. Apalagi, anaknya yang berkebutuhan khusus tidak bisa minum susu kecuali susu kedelai.

Dari situ, Ana bertekad untuk memulai bisnis susu kedelai. Uniknya, susu kedelai buatannya tidak menggunakan bahan pengawet dan pemanis buatan.

Produk susu Seven Soy diproduksi dengan menggunakan mesin khusus pengolah sari kedelai dan diolah secara higienis jadi aman untuk dikonsumsi.

Baca juga: Berawal dari Hobi, Sanjung Raih Omzet hingga Puluhan Juta Rupiah

Awalnya, sari kedelai Seven Soy hanya dijual 14 bungkus per hari dengan target pembeli tetangga sekitar dan keluarga. Rupanya, respon pasar yang positif mampu membuat Ana memproduksi 3.000 hingga 3.500 botol.

Dia mengaku, bisa memproduksi 110 botol per hari dengan harga Rp 6.000 per botol.

Ana mengaku, modal awalnya hanya Rp. 60.000 dan saat ini dia telah mengantongi omzet sekitar Rp 660.000 per hari. Dalam sebulan Ana mampu mengantongi omzet Rp 18 juta hingga Rp 21 juta.

"Modal pertama saya enggak sampai Rp 100.000. Cuma Rp 60.000 saja. Alhamdulillah," ujar Ana.

Baca juga: Angkat Kerajinan Asli Baduy, Narman Raup Omzet Belasan Juta Rupiah

Bisnis yang Ana kembangkan saat ini telah mempunyai 14 reseller yang tersebar di sekolah, pesantren, dan universitas. Ia juga memanfaatkan media sosial Instagram sebagai ladang bisnisnya.

Meski bisnis yang dilakoninya cenderung mudah, Ana mengaku masih memiliki kendala dalam berbisnis.

"Kendalanya ini tanpa pengawet jadi mudah sekali basi, jadi saya harus antisipasi untuk itu. Bahan baku kadang kosong jadi masih import," jelas Ana.

Untuk mengantisipasi hal itu, Ana akan memilih reseller yang mempunyai lemari es, sehingga produknya tahan untuk 1 bulan.

Baca juga: Cerita Rosie, Pebisnis Tahu Olahan dengan Omzet Rp 3,5 Miliar Per Bulan

Di balik kendala, Ana juga merasakan keuntungannya. Dia lebih bisa berbagi kepada tamu dan tetangga yang berkunjung ke rumahnya. Hasil usahanya pun dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Dalam bisnisnya, Ana juga memiliki tujuan yang mulia, yakni menciptakan jajanan segar dan sehat untuk anak-anak. Ana pun rajin berbagi.

Dia rutin membagikan sari kedelai ke beberapa posyandu setiap bulan. Ini adalah salah satu upayanya untuk menjadikan anak Indonesia tumbuh sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com