Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Rajut, Dewi Raup Omzet hingga Rp 50 Juta

Kompas.com - 13/04/2019, 07:07 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk rajut memang banyak diminati masyarakat karena keindahan dan kekhasannya. Namun lama-kelamaan, produk rajut sudah jarang ditemukan dan semakin susah dicari.

Oleh karena itu, Dewi Arum Muqaddimah (27) membuka bisnis industri kreatif di bidang rajut handmade yang diberi nama My Knitted Indonesia.

Dewi mengatakan, tujuan utamanya membuat usaha ini ialah untuk melestarikan budaya rajut sebagai produk buatan Indonesia selain mencari pendapatan. Dia juga ingin membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

Selain itu, dia merasa produk rajutan yang dihasilkan neneknya terkesan lawas sehingga jarang anak muda yang menggunakan produk rajutan dalam fashion sehari-hari. Dari situ, akhirnya Dewi berpikir untuk membuat produk kerajinan tangan yang sesuai dengan keinginan pasar.

Baca juga: Ditantang Dosen Berbisnis, Pria Muda Ini Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah

"Dulu saya sedang asik melihat nenek merajut saat singgah di rumahnya, produk yang dihasilkan bermacam-macam tapi menurut saya produknya terkesan old dan jarang anak muda seusia saya memakainya," kata Dewi arum Muqaddimah saat ditemui Kompas.com, Kamis (11/4/2019).

"Saya berpikir bagaimana kalau saya membuat produk rajut ini bisa diterima oleh anak muda, disamping saya ingin melestarikan budaya rajut yang sekarang ini mulai punah, karena identik rajut ini dikerjakan oleh lansia," lanjut Dewi.

Usaha yang digelutinya sejak tahun 2010 kini telah memproduksi banyak produk seperti wedges, sandal, kaos kaki, baju, sweater, syal, tempat tisu, taplak, dan produk unggulannya, yaitu sepatu rajut dengan kisaran harga dari Rp 35.000 hingga Rp 1 juta.

Ide sepatu rajut muncul dari sang pemilik usaha karena selama ini masih jarang dijumpai di pasar. Lebih banyak sepatu rajut untuk bayi dan anak-anak. Kemudian Dewi terus berinovasi membuat sepatu rajut dengan mengombinasikan kain batik.

Tak mudah bagi Dewi untuk membuat sepatu rajut berkualitas jempolan. Awalnya, Dewi merasakan sulitnya mencari kombinasi sol yang tepat untuk sepatu rajut miliknya. Setelah mendapat sol yang tepat pun terkadang terkendala di bagian pengeleman karena kebanyakan rajutan tidak menempel sempurna dengan lem.

Baca juga: Lima Alasan Mengapa Anda Harus Memulai Bisnis Sebelum Usia 30 Tahun

Setelah melakukan percobaan, akhirnya dia menemukan sebuah sol yang tepat sehingga menghasilkan produk yang kuat.

Di luar masalah sol, Dewi mengaku kesulitan mencari sumber daya manusia dan branding produknya. Namun saat ini dia terus melakukan pelatihan merajut di beberapa tempat. Bila ada seseorang yang pandai merajut, dia menawarkannya untuk ikut berbisnis.

Terbukti, dari kerja keras Dewi, saat ini usahanya telah meraup omzet hingga Rp 50 juta yang awalnya hanya kisaran Rp 15 juta-Rp 20 juta. Dewi juga telah memiliki 14 pekerja. Yang lebih membanggakan, produknya telah di ekspor ke Brunei dan Malaysia sejak 2 tahun lalu.

Dia juga telah memasarkan produknya di beberapa tempat dan memiliki rumah produksi sendiri. Berkat usahanya juga, dia mampu menyabet penghargaan dalam ajang CMA 2019 kategori Arts and Creative Design.

"Saya enggak menyangka bisa terpilih dari 800 wirausaha di seluruh Indonesia. Ini membuat saya lebih termotivasi dan terus belajar dalam dunia entrepreneur supaya saya bisa memberikan manfaat kepada banyak masyarakat," ucapnya.

Baca juga: Ini Rahasia Tommy Soeharto untuk Bisa Jadi Pengusaha Sukses

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com