“Mencermati hal tersebut, pengembangan B100 menjadi sebuah keniscayaan,” tandasnya.
Lantaran telah teruji lebih efisien, Amran pun berharap pengembangan biodiesel B100 tersebut memiliki banyak dampak positif lantaran telah teruji lebih efisien.
“Perbandingannya saja untuk satu liter B100 bisa menempuh perjalanan hingga 13,4 kilometer, sementara satu liter solar hanya mampu sembilan kilometer. Ini sudah terbukti efisien,” terang Amran.
Selain itu, ditambahkan Amran, masih ada dampak positif lainnya yakni B100 merupakan energi ramah lingkungan. Contohnya, karbon monoksida (CO) biodiesel B100 lebih rendah 48 persen jika dibandingkan dengan solar.
Tak hanya itu, pengembangan B100 ini juga diharapkan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan petani sawit Indonesia lantaran hingga kini masih menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar.
Ekspor CPO diperkirakan mencapai 34 juta ton. Tapi jika hanya mengekspor dalam bentuk mentah, harga jualnya lebih rendah bila dibandingkan bentuk produk turunan.
"Dalam situasi ini, Diharapkan dengan langkah hilirisasi melalui peningkatan daya serap biodiesel ini dapat menjadi fondasi kita untuk menciptakan hilirisasi sawit dengan produk akhir yang lain,” pungkasnya.