Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deja Vu IHSG Pasca Pilpres

Kompas.com - 18/04/2019, 18:29 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada semacam deja vu pada momentum Pilpres 2019 dengan 2014 lalu. Saat itu, Joko Widodo dinyatakan unggul dalam berbagai hasil hitung cepat. Sementara rivalnya, Prabowo Subianto, meski hasil hitung cepat menyatakannya kalah suara, namun tetap melakukan selebrasi sujud syukur. Peristiwa ini terulang lima tahun kemudian.

Begitu pula dengan reaksi pasar. Kepala Divisi Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mencatat, sehari sebelum Pemilu 2014, IHSG ditutup pada level 5.024,71, naik 1,46 persen. Kemudian, sehari setelah Pemilu, IHSG menguat sebesar 2,8 persen.

Sementara 2019, posisi IHSG sehari sebelum pilpres, ditutup menguat 46,39 poin atau 0,72 persen ke posisi 6.481,54. Kemudian, sehari setelah pilpres, IHSG menguat 51,2 poin ke posisi 6,532,741 atau naik 0,79 persen.

"Saat itu (2014), pelaku pasar semangat di pagi hari, menganggap hasil pemilu adalah positif. IHSG kemudian terus bergerak naik hingga 2,8 persen," ujar Satrio, Kamis (18/4/2019).

Baca juga: Jokowi Effect, IHSG dan Rupiah Diprediksi Terus Menguat Pasca Pemilu

Namun, lonjakan itu tak bertahan lama. Sebab, saat itu Prabowo mengklaim bahwa dirinya memenangkan pilpres. Hal ini berdampak pada IHSG yang bergerak turun hingga di bawah posisi pembukaan. Harga sempat bergerak turun, tapi kemudian ditutup agak ke atas meski tetap di bawah posisi saat pembukaan.

Satrio mengatakan, dari pergerakan tersebut terlihat bahwa sentimen pasar pada H+1 Pemilu meresponsnya secara positif.

"Tapi, orang yang semangat beli pagi, maka akan pulang di sore hari dalam kondisi nyangkut, karena harga penutupan sore berada di bawah harga pembukaan di pagi hari," kata Satrio.

Dalam hal ini, kata Satrio, yang bisa meraup keuntungan adalah orang yang melakukan strategi sell on strength, alia melepas sahamnya saat keadaan pasar sedang naik. Bagi mereka yang belum ada posisi, hanya posisi buy on weakness yang memberikan kesempatan untuk untung.

Karena pada H+2 dan H+3, IHSG terus bergerak turun. Bahkan di bawah harga tertinggi saat H+1.

Baca juga: Pasca-Pemilu dan Hasil Hitung Cepat, IHSG Dibuka Menguat

Satrio mengatakan, saat itu IHSG tertekan di tengah bursa regional yang cenderung bergerak naik.

"Ini memperlihatkan bahwa pasar modal ketika itu, terlihat cenderung berhati-hati dan rasional dalam menyikapi hasil pemilu. Pasar terlihat butuh setidaknya 3 hari untuk mencerna hasil pemilu, sebelum kembali mengikuti pergerakan dari bursa global," kata Satrio.

Lantas, akankah yang terjadi pada Pilpres 2014 akan terulang di 2019? Apa yang harus kita lakukan menyikapi hasil Pilpres 2019?

Menurut Satrio, ada faktor lain yang diperkirakan akan membuat IHSG merosot, yakni ketidakpercayaan akan lembaga penyelenggara hitung cepat. Meski begitu, ia pribadi akan melakukan hal yang sama seperti 2014.

"Saya kemarin memang sudah ada posisi meski tidak banyak, hanya sekitar setengah porto. Saya hari ini hanya berusaha melakukan sell on strength, berharap ‘jemuran’ saya disambar market ketika harga bergerak naik," kata Satrio.

"Setelah itu baru saya mencari kesempatan. Barangkali bisa mencari posisi ketika semangat dari market sedikit mereda," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Nasabah Kaya Perbankan Belum 'Tersengat' Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasabah Kaya Perbankan Belum "Tersengat" Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Whats New
Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Work Smart
Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Whats New
Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Whats New
Kadin Sebut Ekonomi RI Kuat Hadapi Dampak Konflik di Timur Tengah

Kadin Sebut Ekonomi RI Kuat Hadapi Dampak Konflik di Timur Tengah

Whats New
Rupiah Tembus Rp 16.100, Menko Airlangga: karena Dollar AS Menguat

Rupiah Tembus Rp 16.100, Menko Airlangga: karena Dollar AS Menguat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com