Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba BTPN Pasca Merger Turun, Ini Sebabnya

Kompas.com - 25/04/2019, 21:29 WIB
Erlangga Djumena

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank BTPN Tbk  (BTPN) meraih laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) sebesar Rp 507 miliar pada kuartal I-2019. Angka ini mengalami penurunan 5 persen dibandingkan tahun lalu. Sedangkan jika tidak memperhitungkan pajak, laba mencapai Rp 801 miliar, hampir sama dengan tahun lalu.

“Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya dana (cost of fund), sedangkan kapasitas untuk mengompensasi peningkatan biaya dana ke para debitor terbatas,” ucap Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Dia juga memberikan catatan bahwa  bank hasil merger antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) ini sejatinya baru bekerja efektif dua bulan, yakni Februari dan Maret.

Meski relatif singkat sebutnya, roda organisasi tetap bekerja optimal sehingga dapat mempertahankan laju pertumbuhan. Hal ini menunjukkan penggabungan usaha berlangsung lancar dan sesuai ekspektasi.

Baca juga: Cara Meraih Kesuksesan bagi Milenial ala CEO BTPN

“Bagi kami, tahun ini merupakan tahun konsolidasi sebagai lanjutan dari proses merger yang sudah kami tuntaskan pada awal Februari lalu. Periode ini tentu sangat menantang dan kami bersyukur dapat mengawali fase integrasi dengan cukup baik, yang tercermin pada pencapaian kinerja kuartal I-2019,” ucap Ongki.

Selain itu, faktor lainnya adalah laba satu bulan dari SMBCI yang tidak bisa dikonsolidasikan ke bank hasil merger. "Ya hukumnya begitu," tambahnya.

Meski demikian, Ongki menyatakan secara umum kinerja BTPN pada kuartal I-2019 ini positif. Hal ini seiring dengan kenaikan nilai aset, memiliki permodalan yang solid, dan mulai melayani segmen bisnis yang lebih luas.

Hingga akhir Maret 2019, aset Bank BTPN mencapai Rp 192,2 triliun, meningkat 101 persen dibandingkan posisi yang sama tahun lalu (year on year/yoy) senilai Rp 95,8 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit naik 114 persen menjadi Rp 139,84 triliun.

"Perlu digarisbawahi, nilai aset dan kredit ini merupakan gabungan dari neraca Bank BTPN dan SMBCI, terhitung sejak efektif merger pada 1 Februari 2019," tambah dia.

Pertumbuhan kredit BTPN ditopang oleh segmen korporasi, usaha kecil dan menengah (small medium enterprises/SME), pembiayaan konsumen, dan pembiayaan prasejahtera produktif (productive poor) melalui anak usaha, BTPN Syariah.

BTPN juga melayani segmen korporasi berskala besar di Indonesia, seperti badan usaha milik negara (BUMN), perusahaan multinasional, konglomerasi lokal Indonesia, dan perusahaan Jepang. Pembiayaan korporasi antara lain mengalir ke proyek infrastruktur dan industri pendukung yang sejalan dengan program pembangunan yang dicanangkan pemerintah Indonesia.

“Sebelum merger bisnis ini dikelola oleh SMBCI. Setelah penggabungan usaha, portofolio ini dicatatkan ke dalam neraca Bank BTPN. Apabila dibandingkan dengan posisi tahun lalu, pembiayaan korporasi tumbuh 12 persen, dari Rp 64,3 triliun menjadi Rp 71,9 triliun (yoy),” kata Ongki.

Ongki menjelaskan, segmen korporasi masih memiliki ruang yang sangat besar untuk bertumbuh. Optimisme ini sejalan dengan agenda besar pemerintah dalam menggalakkan infrastruktur demi mewujudkan pembangunan dan pemerataan di bidang ekonomi.

“Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), pemegang saham pengendali kami, memiliki keyakinan kuat terhadap masa depan ekonomi negeri ini.  Dengan melaksanakan merger, SMBC ingin berkontribusi lebih besar lagi,” katanya.

Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BTPN mencapai 23,1 persen, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) 0,8 persen, dan rasio likuiditas (loan to funding ratio/LFR) sebesar 89 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com