Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawar Menawar Jastiper di Luar Negeri, dari Kalkulator hingga Google Translate

Kompas.com - 27/04/2019, 19:33 WIB
Yoga Sukmana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para penyedia jasa titipan atau Jastiper ternyata bukan orang-orang yang kemarin sore bepergian ke luar negeri.

Hobi travelling justru kerap menjadi pondasi sebagain orang menjadi Jastiper dan mau menerima permintaan jasa titipan barang dari konsumennya.

Meski begitu penyesuaian tetap saja dibutuhkan, terutama saat terlibat dalam proses tawar menawar. Sebab tidak semua pedagang di luar negeri bisa berbahasa Inggris.

Jessica misalnya, ibu rumah tangga yang sudah dua tahun jadi Jastiper, kerap harus tawar menawar dengan para pedagang di luar negeri demi membeli barang yang dipesan konsumen jasa titipannya.

Baca juga: Jastiper, Ini Risiko Bila Kucing-kucingan dengan Petugas Bea Cukai

Jessica kerap membuka pesanan jasa titipan dari berbagai negara mulai dari Jepang, China dan Hongkong.

"Kalau untuk official store-nya, itu sih sama saja, tetapi untuk di tradisional marketnya masih tetap ada tawar menawar," ujarnya dalam workshop "Titip Menitip Aman & Nyaman: Enggak Perlu Kucing-Kucingan" di Kantor Pusat Bea Cukai, Jakarta, Jumat (26/4/2019).

Akhirnya kata Jessica, karena tak semua pedagang bisa bahasa Inggris, tawar menawar harga dilakukan lewat kalkulator.

Namun ia mengatakan, beberapa pedagang justru ada yang bisa berbahasa Indonesia meski masih terbata-bata.

Para pedagang belajar bahasa Indonesia karena para pelancong asal Indonesia memang dikenal doyan belanja di luar negeri.

"Karena banyak dari Indonesia datang ke negara mereka dan belanja juga, kadang-kadang pedagangnya bisa bahasa Indonesia," kata dia.

Google Translate

Sementara itu Ratna, pegawai swasta yang juga seorang Jastiper mengatakan, kerap mengandalkan aplikasi Google Translate saat tawar menawar dengan pedagang di luar negeri.

Dia sudah 2,5 tahun jadi Jastiper dan biasanya bepergian ke negara-negara Asia Tenggara yang tak semua masyarakatnya mengerti bahasa Inggris.

"Biasanya Thailand, terus saya ketik bahasa Indonesianya di terjemahkan ke Thailand, dia suka bingung enggak ngerti. Jadi saya translate dari bahasa Inggris ke bahasa dia, baru mereka ngerti," kata dia.

Dari pengalaman bepergian dan tawar menawar di luar negeri, Ratna merasa perlakukan para pedagang kepada orang Indonesia kerap lebih ramah.

Hal ini kemungkian ditengarai lantaran orang Indonesia kerap banyak berbelanja saat berkunjung ke negara lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com