Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rhenald Khasali: Tiap Kondisi Keuangan Membaik, Garuda Selalu Heboh

Kompas.com - 30/04/2019, 12:51 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Pasalnya, kalau Garuda diperbaiki dan kini menjadi lebih baik, apakah ia mengganggu kenyamanan mitra-mitra usahanya?

Dengan omzet 4,37 miliar dollar AS atau Rp 60,7 triliun sudah pasti ini menyangkut banyak kepentingan yang tentu bisa mengganggu kemajuannya sendiri.

Baca juga: Chairal Tanjung Tolak Laporan Keuangan Garuda Indonesia, Apa Sebabnya?


Garuda 4.0

Rhenald pun menyatakan, semua pihak harus benar-benar siap penerima perubahan. Namun perubahan paling mendasar yang harus dituntut adalah cara berpikir.

Ia menyebut ada empat perubahan orientasi cara berpikir dalam memajukan Garuda Indonesia.

Pertama, semua insan Garuda termasuk BOC dan BOD telah harus mengerti dampak disrupsi .

Sementara masih banyak agen perjalanan termasuk layanan angkutan jamaah umroh yang dikelola dengan pendekatan 1.0, yaitu paper based travel.

“Ini era Garuda 4.0. Mohon maaf kalau cara-cara lama cari untung sudah harus dikikis. Kalau dulu, paper-based travel yang dominan bisa kuasai seat pesawat tanpa komitmen. Hari ini kalau mau untung load factor pesawat harus tinggi. Artinya komitmen ada konsekuensinya. Kalau tidak airlines tak pernah untung. Tetapi kalau Garuda untung pasti ada Travel 1.0 yang buntung,” ujar Rhenald.

Baca juga: BEI Akan Panggil Garuda Indonesia dan Telisik Laporan Keuangannya

Kedua, jenis pendapatan. Bila dulu airlines bisa mengendalikan pendapatan dari penumpang semata-mata (tiket), kini airlines semakin sulit hidup dari tiket karena margin tiket dari tahun ke tahun semakin menipis.

Apalagi muncul LCC dan millenial traveler yang sensitif terhadap harga. Ia menilai, Garuda harus membidik eksekutif yang bukan pemburu diskon.

Konsumen pemburu diskon bisa diarahkan pada anak-anaknya saja, yaitu Citilink dan Sriwijaya. Karena itu, bisnis model perusahaan penerbangan harus berubah.

"Jadi Garuda harus pandai cari pendapatan-pendapatan besar di luar tiket," sebut Rhenald.

Baca juga: Karyawan Garuda Tuntut Kisruh Internal Pemegang Saham Diselesaikan

Karena itu pendapatan besar dari PT Mahata yang didapat oleh Garuda, harusnya disyukuri karena itu bentuk pendapatan non tiket yang besar.

Ketiga, revenue recognition. Pengakuan pendapatan memang menjadi sumber sengketa kali ini karena dalam prinsip akuntansi, dianut falsafah konservatif yang menuntun pengakuan pendapatan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Namun perlu didalami juga hubungan antara up-front fee (semacam installment fee) yang diterima di depan dengan pembayaran bagi hasil yang diterima sesuai tahun pelaksanaan.

Baca juga: Pilot dan Karyawan Garuda Indonesia Bantah Akan Mogok Kerja

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com